Kesucian Islam

Diterbitkan oleh Dachroni pada Selasa, 21 Juli 2009 00:00 WIB dengan kategori Opini dan sudah 1.322 kali ditampilkan

Melalui pendekatan istilah isra' mi'raj maka dapatlah disimpulkan pengertiannya melalui dua pendekatan kata yang memang saling berhubungan ini yaitu isra' adalah perjalanan Nabi Shallaallahu alaihi wa sallam dari Masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa
Melalui pendekatan istilah isra' mi'raj maka dapatlah disimpulkan pengertiannya melalui dua pendekatan kata yang memang saling berhubungan ini yaitu isra' adalah perjalanan Nabi Shallaallahu alaihi wa sallam dari Masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Al-Quds.

Mi'raj ialah kenaikan Rasulullah SAW menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk, malaikat, manusia dan jin.

Semua itu ditempuh dalam semalam. Mungkinkah? Itulah pertanyaan yang berulangkali diutarakan dan dijawab langsung oleh ustadz-ustadz yang mengisi ceramah atau pengajian di masjid-masjid. Kendati demikian, pernahkan kita berpikir dan memetik hikmah dari peringatan atau sejarah luar biasa dari Isra' Mi'raj? Lalu bagaimana caranya kita mengetahui dan mengambil hikmah seperti yang saya maksud? Walau terjadi perbedaan pendapat di antara ulama, sebagai pelajaran dapatlah kita simak hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim secara lengkap dalah kitab shahih-nya.

Seperti yang dikutip Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy dalam sirah nabawiyahnya, disebutkan bahwa dalam perjalanan ini, Rasulullah SAW menunggang buraq yakni satu jenis binatang yang lebih besar sedikit dari keledai dan lebih kecil sedikit dari unta. Binatang ini berjalan dengan langkah sejauh mata memandang. Disebutkan pula bahwa Nabi Muhammad SAW memasuki Masjidil Aqsa lalu salat dua rakaat di dalamnya. Jibril kemudian datang kepadanya seraya membawa segelas khmar dan segelas susu. Nabi shallahu alaihi wa sallam lalu memilih susu.

Setelah itu Jibril berkomentar, "Engkau telah memilih fitrah,". Dalam perjalanan ini, Rasulullah SAW naik ke langit pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai ke sidratul muntaha. Disinilah kemudian Allah mewahyukan kepadanya apa yang telah diwahyukan, diantaranya kewajiban salat lima waktu atas kaum muslim, dimana pada awalnya sebanyak limpa puluh kali sehari semalam menjali lima kali dalam sehari.

Kabar ini kemudian banyak tidak dipercayai, namun sebagai manusia yang beriman peristiwa kebenaran wajib kita percayai dengan akal pikiran serta landasan yang telah Allah SWT ceritakan dalam Alquran.

Setidaknya ada enam pelajaran (ibrah) yang dapat dipetik dari peristiwa ini. Pertama, tentang Nabi Muhammad SAW dan mukjizat. Melalui peristiwa ini, haruslah disadari bahwa peristiwa ini merupakan mukjizat yang telah Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad, tokoh perubahan dan peradaban zaman yang tiada tandingannya dan dialah satu-satunya teladan umat yang sikap dan prilakunya patut ditiru.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang telah menyebutkan dalam QS. Al-An'am: 109, "Katakanlah sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanya berada di sisi Allah,". Dengan demikian, sudah sewajarnya orang-orang yang memiliki keberimanan yang ketakwaan mempercayai adanya peristiwa ini tanpa ada keraguan sedikitpun.

Hikmah yang kedua, sabar dan tabah dalam menjalankan pahit-manisnya kehidupan di dunia untuk meraih kebahagiaan hidup di akhirat. Isra Mi'raj merupakan peristiwa yang sangat menakjubkan karena telah memberikan pelajaran bagi umat bahwa dalam melakoni segala cobaan dan rintangan kita harus bersabar dan tabah sehingga kita mendapatkan apa yang diinginkan sekaligus membuktikan bahwa Allah SWT mencintai semua makhluk yang telah ia ciptakan terlebih lagi makhluk yang bernama manusia.

Ketiga, selain dua hal di atas hikmah atau pelajaran lainnya yang dapat dipetik adalah betapa mulia dan tingginya kedudukan Baitul Maqdis di sisi Allah SWT. Isyarat ini menunjukkan bahwa kaum muslimin bertanggungjawab untuk menjada dan melindungi rumah suci Baitul Maqdis dari keserakahan musuh-musuh Islam.

Hikmah keempat, Islam adalah agam yang fitrah dan suci. Dalam peristiwa ini Malaikat Jibril menawarkan dua pilihan kepada Nabi Muhammad SAW yaitu susu dan khamr. Namun, beliau lebih memilih susu daripada khamr. Ini membuktikan, bahwa Islam itu adalah agama yang bersih dari noda. Di dalam Islam tidak ada sesuatu pun yang bertentangan dengan tabiat manusia.

Kelima, jumhur ulama salaf dan khalaf mengungkapkan dan bersepakat bahwa Nabi Muhammad SAW hijrah melalui jasad dan ruhnya. Semua nash (dalil) menunjukkan kebenaran ini. Ini melambangkan kekuasaan Allah SWT dan betapa mulianya Nabi Muhammad SAW disisi-Nya dan sekaligus menyiratkan bahwa Allah SWT sangat mencintai orang-orang yang beriman dan menjalankan apa-apa yang telah diperintahkannya.

Dalam hal ini Rasulullah SAW telah bersabda seperti hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, "Sesungguhnya, Isra' Mi'raj terjadi pasa suatu malam, dalam keadaan sadar dengan jasad dan ruhnya,". Kaum Quraisy menertawakan dan tidak mempercayai peristiwa ini. Hal ini digambarkan Rasulullah SAW dalam sabdanya, "Ketika kaum Quraisy mendustakan aku, aku berdiri di Hijr (Ismail), lalu Allah memperlihatkan Baitul Maqdis kepadaku. Kemudian aku kabarkan kepada mereka tentang tiang-tiangnya dari apa yang aku lihat," (HR. Bukari dan Muslim)

Ibrah terakhir, keenam adalah penentangan terhadap cerita bohong terkait dengan kisah Mi'raj Ibnu Abbas. Buku terkait tentang Mi'raj Ibnu Abbas telah tersebar dan menjadi bacaan favorite oleh sebagian kalangan. Ini adalah fitnah. Penulisnya berdusta besar atas nama Ibnu Abbas. Setiap orang terpelajar dan berakal sehat pasti mengetahui bahwa Ibnu Abbas ra bebas dari segala kedustaan yang ada di dalam buku tersebut (Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy)

Dengan kata lain, dari enam pelajaran dapat saya simpulkan bahwa Islam adalah agama yang suci dan terjaga dari noda-noda yang berusaha mengotorinya karena itu merupakan janji Allah SWT pemilik semesta alam dan jagat raya beserta isi-isnya ini. Melalui momentum Isra Mi'raj ini marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan rasa syukur kita kepada Allah SWT seraya menadahkan tangan dengan berdoa

"Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan ketidakberdayaan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai zat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyang, Engkaulah pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapakah diriku hendak engkau serahkan? Jika Engkau tidak murka kepadaku, semua itu tak kuhiraukan karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Akau berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu yang menearangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan diakhirat, dari murka-Mu yang hendak Engau turunkan kepadaku. Hanya Engkaulah yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apapun selain atas perkenan-Mu,".