Danny Pomanto "Wangikan Tinja" di Brisbane Australia

Diterbitkan oleh Kasmadi pada Senin, 16 Mei 2016 18:46 WIB dengan kategori Makassar dan sudah 861 kali ditampilkan

MAKASSAR - Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto ditampuk sebagai pembicara persiapan air universal dan berkelanjutan, sanitasi dan kebersihan di Brisbane Australia Senin (16/5/2016).

Menurut Danny, biasa ia disapa, masa depan air, sanitasi dan kebersihan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebab agenda pembangunan berkelanjutan secara global yakni mempertahankan perhatian pada kebutuhan air, sanitasi dan kebersihan untuk semua orang, sepanjang waktu. 

"Dan untuk mencapai agenda global itu memerlukan cara berpikir yang baru oleh pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil  bekerja sama menopang akses untuk semua orang dalam bidang kesehatan, kesejahteraan, lingkungan dan hasil ekonomi bagi masyarakat," kata Danny Pomanto melalui pesan singkatnya Senin (16/05/2016). 

Ia mengungkapkan, seluruh komponen lintas negara, praktisi dan profesional dari masyarakat sipil , pemerintah , sektor swasta , lembaga donor , mahasiswa dan lembaga akademis di Brisbane Australia membangun dialog untuk menciptakan cara berpikir baru sebagai agenda global. 

Terlahir di lorong kecil, sempit dan kumuh. Ramdhan Pomanto tak pernah membayangkan dirinya memimpin pemkot Makassar. 

“Alhamdulilah, anak lorong’na Makassar yang dulu hidup dengan sanitasi buruk bisa jadi walikota. Visi saya sederhana, mewujudkan Makassar sebagai kota dunia yang nyaman untuk semua," katanya. 

Tata Lorong Bangun Kota Standar Dunia 
Baginya, persoalan-persoalan di perkotaan dalam tugas walikota itu ada dua. Pertama, bagaimana memecahkan persoalan keseharian kota; dan kedua, bagaimana mempersiapkan kota itu ke depan. Kata kunci dalam visi kota Makassar adalah ‘nyaman’ dan ‘untuk semua’. Terdengar sederhana tetapi sebenarnya tidak, artinya sangat dalam ketika dioperasionalkan. Walikota dengan latarbelakang akademisi ini kemudian berupaya memetakan situasi kota yang dipimpinnya. 

“Kota Makassar berpenduduk 1,8 juta jiwa, sebagian menempati 1320 lorong, sekitar 9300KK di antaranya termasuk masyarakat berpendapatan rendah. Tidak ada jalan lain, untuk membangun kota secara cepat harus libatkan dan aktifkan semua peran publik," jelas dia. 

Mantan Dosen Arsitektur Universitas Hasanuddin ini kemudian mengundang sekitar 17000 stakeholders hanya untuk membicarakan kota Makassar. Tiga program utama pun lahir, Makassar TidakRantasa/Kotor, Makassar Sombere/Ramah, dan Makassar Smart City. 

Ia melihat bahwa persoalan Makassar ada di lorong-lorong. Dan persoalan lorong adalah kondisi air bersih dan sanitasi. Kondisi lingkungan di lorong-lorong itu rendah karena lorong itu makin hari makin sempit dan kondisi tanah di Makassar yang berpasir membuat air limbah yang tidak terkelola di lorong-lorong itu langsung terserap oleh sumur-sumur masyarakat. 

Brain and Cells dan Protokol Sentuh Hati 
Meskipun berlatar belakang arsitek, tahun pertama karir politik Ramdhan Pomanto sebagai walikota tidak dijalaninya dengan membangun gedung-gedung, tetapi melakukan pelayanan publik di lorong-lorong. 

Menurut Danny, kota ibarat manusia. Ada brain dan ada cells.Brain adalah pemerintah, cells adalah rakyat. Rakyat yang paling bawah (tingkat kesejahteraannya) saat ini ada di lorong-lorong. Kepada merekalah, ia dan jajarannya mencurahkan perhatian penuh. 

“Saya minta lurah-lurah membuat ‘citizen charter’. Satu hal diperjanjikan yaitu bahwa lurah harus turun ke ‘bawah’. Kami punya Protokol Sentuh Hati. Setiap selasa hingga kamis, lurah-lurah harus kunjungi 20 rumah dan mencari tahu apa masalah yang ada. Dari situ, masukkan program-program yang menjawab persoalan masyarakat," imbuhnya. 

Tentu ia menyadari bahwa yang dikerjakannya itu tidak mentereng secara politis karena jauh dari publisitas. Tentang hal ini, ia menjawab, “Saya hadir sebagai walikota bukan untuk dilihat, tetapi agar masyarakat merasakan manfaat," pungkasnya.