Bank Mandiri Butuh Rp 2 Triliun untuk Buka Anak Usaha di Malaysia
Jakarta - Bank Sentral Malaysia telah memberikan izin untuk pembukaan anak usaha Bank Mandiri di Malaysia. Padahal Bank Mandiri semula hanya mengajukan izin pembukaan kantor cabang.
Jakarta - Bank Sentral Malaysia telah memberikan izin untuk pembukaan anak usaha Bank Mandiri di Malaysia. Padahal Bank Mandiri semula hanya mengajukan izin pembukaan kantor cabang.
Dengan izin yang di atas ekspektasi itu, Bank Mandiri pun kini harus berpikir ulang dan merombak rencananya untuk ekspansi di Malaysia itu. Pasalnya, kebutuhan dana untuk pembukaan anak usaha di Malaysia itu membutuhkan dana paling tidak Rp 2 triliun.
"Saat ini kita sudah punya kantor remitansi, sudah kita ajukan untuk jadi kantor cabang. Kita minta izin buka cabang kepada Bank Negara Malaysia, tetapi diberi izin prinsipnya adalah membentuk subsidiary (anak usaha)," jelas Dirut Bank Mandiri Zulkifli Zaini.
Hal itu disampaikan Zulkifli Zaini dalam kesempatan wawancara khususnya dengan detikFinance di kantornya, Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (22/7/2010) malam.
Zulkifli menjelaskan, pihaknya diberi waktu oleh Bank Negara Malaysia selama 2 tahun setelah pemberian izin untuk membuka anak usahanya di Malaysia itu. Dengan jangka waktu yang cukup lama itu, Bank Mandiri masih bisa berpikir ulang apakah akan tetap pada rencana semula membuka cabang atau mengikuti izin Bank Negara Malaysia dengan membuka anak usaha.
"Kita kan diberi waktu sampai dua tahun untuk itu. Bukan jangka waktu yang pendek lah, lumayan cukup lama. Yang penting kita udah pegang izin prinsipnya. Apakah nanti mau tetap banding buka cabang atau subsidiary di sana, itu sedang kita pertimbangkan," urainya.
Yang pasti, Bank Mandiri sendiri merasa cukup berat jika harus membuka anak usaha yang membutuhkan modal cukup besar hingga Rp 2 triliun.
"Jumlah yang mereka minta paling tidak Rp 2 triliun untuk modalnya. Kalau kita tumbuh dengan cepat, Rp 2 triliun bukan jumlah yang besar. Tapi kalau mulai dari nol, katakanlah dida tumbuh beberapa miliar dalam sebulan, itu mau sampai kapan mencapai Rp 2 triliun," urainya.
Apalagi modal untuk pembukaan cabang sebesar Rp 2 triliun itu nantinya tidak akan masuk dalam modal Bank Mandiri, sehingga harus dihitung ulang lagi rencana tersebut.
"Jelas, kalau buka cabang modalnya milik Bank Mandiri. Kalau anak usaha kan modalnya khusus walau nanti ditarik ke Bank Mandiri juga," imbuhnya.
Bank Mandiri pun kini sedang mencoba untuk melobi Bank Negara Malaysia agar bisa diberi sejumlah keringanan diantaranya soal modal yang tidak perlu sebesar Rp 2 triliun ataukah tetap minta izin untuk cabang saja.
"Mungkin kita sedang pertimbangkan kalau memang harus bikin subsidiary kita minta modalnya tidak terlalu besar tetapi bertahap. Kalau langsung Rp 2 triliun, untuk apa juga langsung sebesar itu. Bisnisnya kan butuh waktu untuk berkembang. Makanya kita ada dua tahun jadi tidak buru-buru kita respons," imbuhnya.
Seperti diketahui, Bank Mandiri pada Juli lalu akhirnya mengantongi izin untuk membuka kantor cabangnya di Malaysia. Bank Sentral Malaysia (Bank Negara Malaysia/BNM) telah memberikan izin kepada Bank Mandiri dan 4 bank lainnya untuk beroperasi penuh melalui cabangnya.
Lima bank yang telah mengantongi izin untuk membuka kantor cabangnya di Malaysia adalah:
1. BNP Paribas SA (Prancis)
2. Mizuho Corporate Bank (Jepang)
3. National Bank of Abu Dhabi (Uni Emirat Arab)
4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Indonesia)
5. Sumitomo Mitsui Banking Corporation (Jepang).
Zulkifli menambahkan, Bank Mandiri membidik para pebisnis Indonesia di Malaysia dengan pembukaan kantor cabang tersebut.
"Kita coba masuk ke business related ke Indonesia. Selalu, kalau kita buka bukan kepada perusahaan-perusahaan yang tidak ada hubungannya dengan Indonesia. Seperti di Singapura dan Hong Kong," imbuhnya.
www.detiknews.com