Korsel Lanjutkan Siaran Propaganda Anti-Pyongyang
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menerima hadiah ulang tahun dari Korea Selatan yang menjengkelkan. Seoul melanjutkan kembali siaran propaganda anti-Pyongyang melalui pengeras suara di sepanjang kawasan perbatasan.
Korea Selatan mengatakan siaran propaganda itu merupakan tindakan balasan atas ujicoba nuklir Korea Utara yang menurut Seoul melanggar kesepakatan yang dicapai Agustus lalu.
Namun, tidak seorang pun di Seoul yakin, musik yang memekakkan telinga dan pidato propaganda menentang Kim Jong Un melalui pengeras suara-pengeras suara raksasa itu akan menghasilkan sesuatu.
Kim Yoon-Ki, seorang warga Seoul, mengatakan, "Saya berasumsi melanjutkan kembali siaran propaganda anti-Korea Utara adalah sesuatu yang harus kita lakukan. Kita memang harus melakukannya, dan saya kira kita harus mengambil tindakan yang lebih keras. Saya kira kita harus mempersenjatai diri kita dengan senjata nuklir. Kita harus membalas setiap kali mereka memprovokasi kita. Tampaknya mereka memandang rendah kita karena kita selalu mengambil sikap bertahan."
Para penentang propaganda melalui pengeras suara mengatakan taktik itu tidak membantu kedua Korea mengatasi perselisihan.
"Perang psikologi anti-Korea Utara melalui siaran propaganda tidak membantu menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara sama sekali, dan malah bisa menimbulkan konflik militer antara Korea Utara dan Korea Selatan. Jadi, ini harus segera dihentikan," kata You Young-jae, seorang pemrotes.
Menanggapi propaganda itu, militer Korea Utara meningkatkan jumlah pasukan yang dikerahkan di perbatasan.
Presiden Korea Selatan Park Geun-hye mengatakan, Jumat (8/1), negaranya mengambil tindakan balasan yang keras terhadap Korea Utara melalui kerjasama erat dengan masyarakat internasional.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan, saat ini Seoul tidak akan menutup kawasan industri Kaesong di mana 120 perusahaan Korea Selatan mempekerjakan sekitar 53.000 karyawan Korea Utara.
Amerika Serikat menyerukan sanksi-sanksi PBB yang lebih keras terhadap perdagangan dan keuangan Korea Utara, dan melarang masuk kapal-kapal Korea Urara ke pelabuhan-pelabuhan internasional.
Agar sanksi internasional efektif, China, penyokong utama ekonomi Korea Utara, harus sepakat mendukung langkah-langkah penghukuman yang diperberat.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan kepada Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Kamis, mengenai perlunya sikap internasional terhadap Korea Utara yang lebih keras daripada yang dilakukan oleh Beijing sebelumnya.
Sebagian analis mengatakan, China dapat memberikan tekanan yang keras dan segera dengan hanya menghentikan semua bantuan dan perdagangan di perbatasan dengan Korea Utara.
Namun Beijing selama ini ragu-ragu untuk mengambil tindakan drastis yang mungkin bisa menimbulkan ketidakstabilan di perbatasannya. Walaupun mengecam ujicoba nuklir Korea Utara baru-baru ini, sejauh ini belum jelas apakah China akan mendukung sanksi-sanksi yang lebih keras.