Menjadi Ibu Bahagia
Tentang Ibu dan semua hal yang berawal dari Ibu, akan membentuk kalimat yang mengumpulkan segala makna kebesaran dan keagungan dari seorang ibu semisalnya, jika disebut Ibu Kota maka akan tergambar kota terbesar yang menjadi pusat segala urusan pemerintahan.
Jika disebut Ibu Pertiwi, maka ia adalah tempat hidup dan berekspresi anak bangsa. Penggunaan kata “Ibu” tersebut menunjukkan keagungan, kebesaran, penghormatan, kebanggaan dan makna yang serupa lainnya. Menjadi Ibu adalah obsesi setiap perempuan karena ia mewakili perasaan kesempurnaan.
Berikut peran strategis Ibu dan tantangan zaman yang sudah barang tentu dalam pembagian peran kehidupan, Ibu memiliki peran strategis antara lain seperti Ibu ;
Sebagai Manajer
Seorang Ibu berperan mengatur semua urusan dan pembagian tugas dalam keluarga. Ia lah yang memastikan urusan keluarga berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka ia harus memiliki kemampuan memanej sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia, sumber daya finansial dan sumber daya lainnya agar berdaya guna maksimal.
Sebagai Teladan/Model
Sebagai sosok yang terdekat dengan anak, yaitu sejak dalam kandungan, maka seorang Ibu sangat mudah untuk ditiru semua yang ada pada dirinya; perkataan, bahasa tubuh, selera bahkan pemikiran dan olah perasaannya. Seorang Ibu yang mudah marah, tersinggung, sedih, tertekan dan apapun yang dirasakan, dilakukan, dipikirkan akan berpengaruh besar pada anak anaknya.
Sebagai Pendidik
Sebelum mengenal sekolah dan guru formalnya, seorang anak mendapatkan informasi tentang berbagai hal dari ibunya. Dan hebatnya proses itu sudah dimulai sejak pembentukan janin hingga sepanjang kehidupannya. Tak jarang ketika sudah dewasa pun sikap seorang anak masih terinspirasi dari sikap ibu terhadap dirinya.
Sebagai Konsultan
Seorang anak sejak awal kehidupannya menjadikan ibu sebagai tempat untuk meminta pertimbangan atas setiap keputusan yang diambilnya. Baginya, ibunya adalah konsultan terbaik yang saran dan pertimbangannya menentukan “sah dan tidaknya” keputusan yang diambil.
Sebagai pusat “support system” pertumbuhan anak
Selain peran peran yang telah disebut diatas, ibu juga berperan sebagai “pusat pelayanan” bagi anak anaknya. Ibu bisa menjadi “dokter” yang mendiagnosa apabila anak sakit dan merawatnya, menyediakan makanan, merancang dan menyediakan pakaian, membimbing belajar bila kesulitan, bahkan mencarikan jodoh ketika seorang anak akan menikah.
Peran-peran tersebut tentu tidak mudah untuk dilakukan, maka perlu “institusi” yang hebat untuk bisa menghasilkan ibu yang hebat juga.
Dewasa ini peran ibu semakin berat karena tantangan zaman yang semakin banyak. Kemajuan teknologi informasi membawa serta budaya yang merusak tatanan keluarga di Indonesia sehingga terjadi pergeseran nilai-nilai berkeluarga yang semula mengacu pada budaya yang luhur yang bersendikan agama kemudian terpengaruh oleh budaya permisif yang merenggangkan hubungan anak dan ibu dan sebaliknya.
Di kalangan ibu banyak menghadapi anak anak yang mengalami sederetan masalah seperti pergaulan bebas, penyimpangan orientasi seksual, narkoba, putus sekolah, dan kemerosotan akhlak lainnya. Sedangkan di kalangan anak-anak, banyak yang “kehilangan” ibu yang lebih disibukkan dengan urusan-urusan di luar rumah tangga baik urusan pekerjaan maupun urusan lainnya. Urusan pekerjaan yang menyita waktu menyebabkan tidak sempat lagi mengurus anak anaknya dengan baik sehingga ada “ruang kosong” yang tercipta diantara keduanya sehingga peran ibu tidak bisa dilakukan dengan baik.
Dari sisi kebijakan negara pun, terdapat Undang Undang dan aturan lain yang mengarah pada “ desakralisasi” fungsi keluarga khususnya peran ibu. Misalnya Program Pengarusutamaan Gender (PUG) memberikan motivasi sedemikian rupa kepada perempuan untuk meraih posisinya di masyarakat. Di satu sisi berdampak baik tapi jika tidak seimbang dengan peran domestiknya sebagai isteri dan ibu maka akan menghilangkan peran strategisnya sebagai ibu.
Antara Ibu Ideal dan Ibu yang Realita
Ibu ideal adalah Ibu yang dapat menjalani peran strategisnya dengan baik sehingga dari tangan dinginnya akan lahir anak anak yang berkualitas, sehat dan bahagia. Namun tidak selamanya hal yang ideal bisa diterapkan dalam realitas kehidupan karena begitu banyak komponen yang membentuk kepribadian. Tak terkecuali sebagai seorang ibu. Pengalaman masa kecil, didikan orang tua, penerimaan lingkungan, pendidikan yang terima akan sangat mempengaruhi kepribadian seorang ibu. Kepribadian inilah yang akan mempengaruhi bagaimana bersikap kepada anak anaknya. Idealnya untuk bisa berperan dengan baik bagi anak, seorang ibu harus memiliki daya dukung yang cukup diantaranya kondisi ekonomi yang cukup, kondisi mental yang stabil, sarana dan prasarana yang memadai serta kondisi yang mendukun lainnya.
Namun, ternyata kondisi ideal itu memang sangat jarang didapati pada keluarga keluarga Indonesia saat ini, sehingga para Ibu harus berjibaku dengan kondisi kondisi yang tidak ideal agar tetap terus bisa mendidik anak anaknya menjadi anak yang baik dan bermanfaat.
Kondisi Real yang dihadapi Ibu Indonesia hari ini:
Keadaan ekonomi keluarga yang tidak menentu memaksa para Ibu untuk ikut “turun gunung" membantu kepala keluarga menyediakan biaya untuk tumbuh kembang anak anaknya, sehingga kehilangan banyak waktu untuk membimbing anak anaknya
Kondisi politik dan kemasyarakatan yang tidak stabil, perlindungan pemerintah terhadap masyarakat yang kurang sering membuat para orang tua, khususnya Ibu yang punya tanggung jawab utama pendidikan anak anak, menjadi kewalahan karena upaya pendidikan di rumah berhadapan dengan upaya upaya pelemahan generasi yang dilakukan oleh orang orang tidak bertanggung jawab seperti narkoba, minuman keras, pergaulan bebas dan lain lainnya
Kurikulum sekolah yang lebih banyak memberikan beban kepada siswa didik menyebabkan anak tidak punya waktu yang cukup untuk menggali potensi yang ada, sehingga hasil dari pendidikan yang ada tidak sebanding dengan kebutuhan zaman , belum lagi jika diukur dari capaian kematangan moral, emosional dan spiritual.
Tahapan pendidikan setiap anak yang tidak sama, sehingga seorang ibu harus memastikan setiap anak mendapatkan haknya, tidak membandingkan antar anak dalam tumbuh kembang dan prestasi yang diraihnya.
Dan masih banyak lagi kondisi yang tidak ideal yang menjadi pekerjaan rumah bagi seorang ibu untuk menyelesaikannya.
Mengumpulkan Alasan Agar Menjadi Ibu Bahagia
Hanya ibu yang bahagia yang bisa mendidik anak menjadi anak yang bahagia. Dan bahagia tidak ada berkaitan dengan hal hal yang ideal. Tidak ada ibu yang ideal dan tidak ada anak yang ideal dan tidak ada kondisi yang ideal.
Menjadi ibu pada dasarnya tugas kehidupan dari Allah pemilik kehidupan. Ia akan diberikan kepada hambaNya yang dikehendaki maka keyakinan yang harus dimiliki adalah setiap tugas yang diberikan oleh Allah sudah diukur sesuai dengan kemampuan hambaNya.
Membahagiakan diri sebagai ibu adalah upaya bersyukur atas karunia Allah dimana seorang Ibu
Ibu terdapat syurga di telapak kakinya
Allah menyuruh berbuat baik kepada ibu dan ayah setelah menyuruh beribadah kepada Allah.
Allah memerintahkan memenuhi perintah ibu lebih dulu tiga kali baru kemudian ayah
Ibu adalah sekolah yang pertama, dan masih banyak lagi yang menjadikan Ibu memiliki kedudukan yang utama di sisi Allah SWT yang menjadi alasan untuk berbahagia sebagai ibu.
Dalam penjabaran Epilog Ibu tetaplah manusia yang memiliki kesalahan, memiliki rasa lelah, bosan, sedih, dan perasaan lain yang manusiawi. Tugas kita sebagai manusia tentu berusaha untuk terus menjadi ibu yang terbaik bagi putra putri kita agar menjadi anak yang baik, sholeh dan sholihah, bermanfaat dan bermartabat. Segala kesulitan adalah bentangan amal kebaikan yang akan mendapatkan balasan kelak, di dunia dan akherat.
Opini ; Ismiyati, S.Pd, Aud
Ketua Fraksi PKS DPRD Tanjungpinang
Mari menjadi Ibu yang bahagia