Kiat Menjalin Hubungan Positif dengan Orang Lain
OPINI
Intan Maharani
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
Pernahkah Anda berada di tengah keramaian tetapi merasa sendirian? Fenomena ini semakin umum dirasakan, terutama di era digital. Banyak orang terlihat sibuk berinteraksi di media sosial, tetapi kenyataannya, kesepian tetap menghampiri. Hubungan yang hanya bersifat permukaan tidak mampu memenuhi kebutuhan emosional manusia akan koneksi yang bermakna.
Psikolog Elizabeth Rumayar mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia akan koneksi yang bermakna berkaitan erat dengan kualitas hidup secara keseluruhan. Kesuksesan seseorang bahkan lebih sering ditentukan oleh kemampuannya menjalin hubungan positif dengan orang lain, bukan semata oleh kecerdasan akademik. Relasi yang sehat dan tulus menjadi salah satu fondasi utama kebahagiaan, pertumbuhan pribadi, serta keberhasilan dalam dunia kerja maupun kehidupan sosial.
Tantangan Hubungan Positif di Era Digital
Di balik segala kemudahan komunikasi yang ditawarkan teknologi, banyak orang justru kehilangan makna dari keterhubungan itu sendiri. Obrolan daring terasa instan, tetapi minim kedalaman. Hubungan yang kuat tidak hanya dibangun dari seberapa sering kita mengirim pesan, melainkan dari seberapa sungguh-sungguh kita hadir dan peduli.
Ahmadi (2002) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, dan kualitas hidup sangat ditentukan oleh kualitas relasi emosional yang dimiliki. Jika suatu hubungan terasa melelahkan dan penuh kesalahpahaman, mungkin yang perlu diperbaiki bukan orangnya, melainkan cara kita membangun keterhubungan. Dalam konteks ini, salah satu elemen kunci yang kerap menentukan keberlangsungan hubungan adalah rasa dihargai.
Salah satu alasan mengapa relasi bisa bertahan atau hancur terletak pada satu hal sederhana: rasa dihargai. Setiap manusia, terlepas dari latar belakangnya, membutuhkan pengakuan atas keberadaannya. Saat seseorang merasa dianggap penting, ia akan lebih terbuka dan merasa aman dalam sebuah hubungan.
Elizabeth Rumayar menjelaskan bahwa pujian yang tulus, perhatian yang nyata, serta komunikasi yang menghormati perspektif orang lain merupakan fondasi dari hubungan yang sehat. Hubungan yang diwarnai sikap saling menghargai akan tumbuh menjadi ruang aman tempat seseorang merasa diterima dan berkembang. Sebaliknya, jika rasa dihargai hilang, maka hubungan akan mudah dipenuhi kecurigaan, prasangka, atau bahkan konflik yang tidak perlu. Pengaruh hubungan yang saling menghargai ini bahkan dapat dirasakan secara lebih luas dalam kualitas hidup sehari-hari.
Dampak Nyata dari Hubungan yang Berkualitas
Tidak hanya berkaitan dengan emosi, hubungan yang positif juga berdampak pada kesejahteraan hidup secara menyeluruh. Papalia dan Olds (1995) menyatakan bahwa kedekatan emosional yang sehat dapat mendukung stabilitas psikologis. Orang yang dikelilingi oleh lingkungan relasi yang baik cenderung lebih percaya diri dalam menghadapi masalah dan memiliki motivasi lebih tinggi untuk berkembang.
Dalam jangka panjang, hubungan sosial yang baik berkontribusi terhadap kesehatan mental, bahkan fisik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa individu dengan hubungan interpersonal yang positif memiliki risiko lebih rendah mengalami stres kronis, depresi, hingga penyakit degeneratif. Sederhananya, relasi yang sehat membuat hidup terasa lebih ringan dijalani.
Namun, manfaat tersebut tentu tidak muncul begitu saja. Diperlukan upaya nyata untuk menumbuhkan kualitas relasi tersebut.
Kiat-Kiat Menumbuhkan Hubungan Positif
Menjalin hubungan yang positif tidak harus dimulai dari hal besar. Justru, relasi yang kuat terbentuk melalui kebiasaan sederhana yang dilakukan secara konsisten dan dengan niat yang baik.
-
Dengarkan dengan Penuh Perhatian
Banyak orang berbicara bukan untuk didengar jawabannya, melainkan untuk dimengerti perasaannya. Menjadi pendengar yang baik berarti hadir sepenuhnya dalam percakapan. -
Validasi Perasaan Pihak Lain
Kalimat seperti “Saya bisa memahami mengapa Anda merasa demikian” jauh lebih menenangkan daripada sekadar menyuruh untuk melupakan masalah. Empati sejati lahir dari penerimaan, bukan penilaian. -
Hindari Membuat Asumsi Sepihak
Jika seseorang berubah sikap atau tampak menjauh, sebaiknya tanyakan langsung dengan nada yang sopan dan terbuka. Komunikasi yang jujur lebih efektif daripada berprasangka. -
Hadir Secara Konsisten
Tidak perlu hadir setiap waktu, namun kehadiran yang berkualitas jauh lebih berarti. Sebuah pesan sederhana yang menanyakan kabar bisa menjadi bentuk perhatian yang bernilai. -
Gunakan Bahasa yang Baik dan Membangun
Pilih kata-kata yang menenangkan, bahkan saat menyampaikan kekecewaan. Hubungan yang sehat tidak mencari siapa yang menang, tetapi siapa yang mampu memahami lebih dalam.
Menjalin hubungan positif memerlukan kesadaran, empati, dan komitmen dalam tindakan-tindakan sederhana sehari-hari. Di tengah dunia yang serba cepat dan digital, kehadiran yang tulus tetap menjadi kunci keterhubungan yang bermakna. Mari mulai dari hal kecil, karena hubungan yang sehat tidak hanya memperkaya hidup, tetapi juga memperkuat kita sebagai manusia.