Generasi Memble

Diterbitkan oleh Dachroni pada Jumat, 17 Juli 2009 00:00 WIB dengan kategori Opini dan sudah 1.266 kali ditampilkan

........... "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan h
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar," (QS.An-Nisa: 9)

Renungkanlah surat An-Nisa ayat 9 ini. Setidaknya ada tiga hal yang dapat saya tangkap. Pertama, ketakutan seorang muslim hanyalah kepada Allah SWT. Kedua, adanya generasi lemah atau generasi memble seperti judul yang saya tulis. Ketiga, tanggungjawab generasi mapan atau generasi-generasi beriman terhadap generasi-generasi memble seperti yang penulis maksud.

Di tengah kondisi bangsa yang diselimuti sejuta permasalahan. Di tengah kondisi bangsa yang dililit sejuta bencana. Di tengah beragam kecacatan moral para pemuda saat ini, kita seolah-olah lupa atau sengaja melupakan bahwa dibelakang kita masih banyak generasi-generasi yang hilang semangat hidupnya.

Generasi yang tidak sadar dengan kemampuan yang dianugrahkan Tuhan kepadanya. Generasi yang mudah terombang-ambing dengan semangat hedonisme yang ditularkan berbarengan dengan pemikiran-pemikiran keduniawian lainnya seperti sekulerisme, liberalisme dan kapitalisme .

Mungkin generasi mapan juga sudah terkena virus pemikiran seperti ini sehingga mereka lupa ada tanggungjawab sosial lain yang perlu mereka garap sebagai bukti mereka adalah makhluk sosial. Dilain sisi harus diakui, manusia atau generasi mapan lainnya sibuk dengan aktivitas individualnya.

Cap makhluk sosial (zoon politicon) tampaknya hanya stempel belaka. Paham individualisme ada dimana-mana. Keberimanan dan ketakwaan hanya setakat ada pada beberapa individu dan beberapa individu yang saya sebut sebagai generasi mapan itu tidak pula menularkan keberiman dan ketakwaan yang ada padanya. Dengan kata lain, ada semacam kecuekan oleh sebagian orang yang alim, faqih dan orang-orang yang sukses terhadap sekelompok generasi yang lemah dan kebetulan belum mendapatkan hidayah untuk saleh.

Ini tentu berbahaya, bagi sebuah komunitas jamaah Islam yang tentunya memiliki cita-cita membumikan peradaban Islam, hal ini menjadi tanggungjawab para aktivis-aktivis dakwah islamiah dan semua umat yang mengaku dirinya sebagai muslim untuk senantiasa menyuarakan nilai-nilai kebaikan dan membina anggota-anggota yang ada dibawahnya baik itu dari aspek kontuinuitas agenda-agenda perekrutan maupun pembinaan kepada anggota-anggota yang sudah dikader atau direkrut.

Selain itu, dapat dirincikan tanggungjawab generasi yang saya sebutkan mapan tadi terhadap generasi-generasi lemah atau memble. Pertama, risau. Adalah suatu kewajiban ketika kita melihat generasi-generasi yang lemah risau. Risau tentang masalah masyarakat merupakan bagian dan awal titik kesuksesan seseorang.

Seseorang dalam konsep Islam, belum dikatakan sukses apabila orang-orang di sekitarnya belum mendapatkan penghidupan yang layak dan masih tak berdaya dalam kondisi perekonomian yang sulit. Jadi, dalam pandangan Islam kesuksesan yang dituntut bukanlah kesuksesan pribadi. Akan tetapi, kesuksesan yang dituntut adalah kesuksesan sosial (jamai). Kalau kita tidak risau maka patutlah kita menanyakan aspek moral yang ada di dalam diri kita.

Sayyid Qutb (1981) pernah bertutur, "Jika kamu melihat sebuah kejahatan, lalu kemudian dirimu diam menyaksikan kejahatan itu, maka pertanyakanlah moralmu!".

Kedua, melakukan pembinaan. Setelah kita risau tentunya ada aksi yang kita lakukan. Aksi itu bisa saja dapat saja dilakukan dengan beragam bentuk. Bisa saja dalam bentuk-bentuk pencerahan atau motivasi serta bantuan-bantuan sosial yang diberikan kepada generasi yang memble tadi, sehingga mereka merasa ada yang peduli dan eksistensi mereka diakui.

Ketiga, memberikan fasilitas. Tidak hanya berhenti dalam tahap pembinaan, generasi mapan memiliki tanggungjawab lain untuk memfasilitasi potensi-potensi yang ada terhadap generasi yang belum mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya. Ini perlu dimaklumi mengingat generasi memble biasanya muncul karena kondisi dan lingkungan yang membuat mereka tidak semangat. Itulah sebabnya, generasi mapan mempunyai tanggungjawab untuk memenuhi apa-apa yang dibutuhkan oleh generasi memble tadi, jika generasi mapan itu ingin meraih kesuksesan sosial.

Dari ketiga hal ini, tentunya kita semua berharap walau pada kodratnya hidup ini memiliki pasangannya masing-masing, ada baik dan buruk dan ada kutup positif dan negatif, minimal kita bisa meminimalisir keberadaan generasi memble yang dianugrahkan oleh Allah SWT kepada generasi mapan menjadi lahan amal jika masih mengakui eksistensi dunia setelah dunia ini yaitu akhirat. Tepatnya, sukses dunia dan akhirat.

Jangan sampai Allah SWT murka dan menggantikan kita dengan generasi-generasi lainnya untuk menggantikan kita karena kita lalai dalam mentransfer nilai-nilai keimanan dan ketakwaan karena kita merasa diposisi yang aman. Tentunya segala amal dan perbuatan kita tetap dipertanyakan dan itu berarti sama saja generasi yang saya sebut mapan itu tidak jauh berbeda dengan generasi memble karena gagal dan tak mampu mengupayakan generasi-generasi lemah menjadi generasi-generasi yang kokoh dan taat kepada agamnya.

Selanjutnya Allah SWT lah yang mengatur segala sesuatunya dan renungilah ayat yang penulis kutip dari QS Al-Maidah ayat 54 ini; ...... Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah; 54)

Tentunya kita berharap, kitalah generasi-generasi yang tidak murtad dan generasi-generasi yang senantiasa memikirkan umat dan pemberi solusi karena pada hakikatnya hidup ini jelas kanan dan kirinya, halal dan haramnya, sehingga menimbulkan dua tipologi jenis manusia satu manusia yang senantiasa memberikan solusi atau manusia yang merupakan bagian dari masalah terhadap solusi-solusi yang ada. Itulah sebabnya, generasi memble sebagai kutub negatif merupakan tanggungjawab generasi mapan untuk menarik generasi-generasi memble itu menjadi generasi-generasi yang mapan.