Mengutuk Terorisme
Dengan dalih jihad dan dakwah seolah-olah aksi bom di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot, Jakarta beberapa waktu yang lalu sekelompok orang yang radikal dan kebetulan beragama Islam mengaku aksi pengeboman adalah bagian dari dakwah dan jihad.
Dengan dalih jihad dan dakwah seolah-olah aksi bom di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot, Jakarta beberapa waktu yang lalu sekelompok orang yang radikal dan kebetulan beragama Islam mengaku aksi pengeboman adalah bagian dari dakwah dan jihad.
Benarkah Islam mengajarkan itu kepada umatnya? Walau dizaman Nabi Muhammad SAW banyak sekali terjadi penyimpangan dan pelecehan oleh golongan non-muslim, Nabi Muhammad SAW sebagai teladan umat tidak pernah melakukan tindakan-tindakan ekstrimis dan sporadis dalam menyampaikan nilai-nilai kebenaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepadanya. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang damai dan universal.
Terkait dengan persoalan ini Prof. Dr. Muhammad Amahzun seorang ulama yang menulis buku Manhajun nabiyy fid da'wah min khilalis sirah ash-shahihah: al-ma'rifah, at-tarbiyah, ath-thakhithith, at-tanzhim (Manhaj Dakwah Rasulullah) ada tiga kelompok yang memiliki pandangan dakwahnya sendiri.
Pertama, kelompok yang benar-benar memamahami inti persoalan dan penyebab timbulnya suatu masalah. Lalu, mereka ingin meluruskan hal-hal yang prinsip dan memperlihatkan kebenaran-kebenaran agama, serta mengikatnya dengan suatu amal dan arti pentingnya. Namun sayang, mereka menempuh hal itu dengan berdasarkan pada pemahaman harfiah dan ekstrim bahwa apa yang mereka tempuh adalah jalan yang paling benar dan lurus.
Karena itu, mereka pun terjebak pada mengkafirkan mayoritas umat Islam yang tidak sejalan dengan pendapat dan pandangan mereka. Mereka sebenarnya hanya lari dari bidah irja (penangguhan diri) ke bid'ah yang lebih buruh yaitu bid'ah al-khuruj (pemberontakan). Kedua, kelompok berdakwah tanpa metode (manhaj) yang jelas. Sehingga, dalam menyelesaikan suatu masalah, mereka tidak mendasarkannya pada penalaran ilmu (logika), melainkan lebih pada pengaruh perasaan.
Ketika mereka dihadapkan pada suatu prinsip dan kaidah-kaidah lain dan tidak mampu membantahnya, mereka akan cenderung menghindari bencana dengan bersikap lentur; tidak berupaya untuk mengubahnya, tetapi membiarkannya; dan mencoba mencari pembenaran atas penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dengan dalil yang dibuat-buat. Kelompok ini, sering kali melontarkan isitilah "kepentingan dakwah" dan "tuntutan syariat".
Ketiga, kelompok yang mengatasnamakan dakwahnya sebagai pelestari manhaj dakwah kaum salaf. Akan tetapi, mereka acapkali melontarkan beberapa kritikan dan kemudian memberikan solusi yang justru bertentangan dengan manhaj kaum salaf. Misalnya, mereka mengusulkan agar Islam dan dakwahnya memfokuskan diri dalam bidang penguasaan ilmu tertentu saja. Mereka menolak bekerja sama dan menyatukan kekuatan untuk mencapai beberapa sasaran dengan menggunakan beberapa media yang diharapkan dapat mewujudkan beberapa tujuan dakwah Islam.
Dengan kata lain, saya sangat tidak sepakat ketika aksi teror bom JW Marriot-Hotel Ritz Carlton pada Jumat (17/7) di Mega Kuningan Jakarta yang lalu dikaitkan dengan aqidah (keyakinan). Justru keyakinan sang pelakulah yang patut dipertanyakan. Dalam hal ini, Allah SWT memerintahkan untuk berjihad dan dakwah adalah sesuatu yang mulia, tetapi Allah SWT tidak pernah menyebutkan dalam firman-Nya untuk melakukan tindak terorisme.
Rasulullah SAW adalah sosok pejihad dan pendakwah sejati yang mengedepankan kedamaian dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya. Dengan demikian, Rasulullah SAW telah menyadarkan kita bahwa dakwah itu merangkul bukan memukul.
Sekali lagi, dakwah itu merangkul bukan memukul. Nah, ini adalah konsep sederhana tentang dakwah yang saat ini menjadi komoditas isu golongan sekuler dan liberal untuk menyudutkan umat Islam. Kebencian ini bukan tanpa bukti. Lawrence Auster dari majalah FronPage menggaungkan sentimen ini. Dia menulis: "Masalahnya bukan Islam 'radikal', melainkan Islam itu sendiri, karena kita harus berusaha melemahkan dan mengendalikan Islam (John L.Esposito & Dalia Mogahed). Kemudian, adakah pertaliannya antara kesalehan atau keyakinan aqidah seperti yang diungkapkan oleh para pakar dengan terorisme atau tindakan radikal lainnya.
Survei Gallup World Pool sebuah lembaga kajian yang selama beberapa tahun mengadakan proyek jajak pendapat Muslim di 35 negara mengungkapkan mayoritas besar yang berpandangan radikal dan yang berpandangan moderat (94 persen dan 90 persen) berturut-turut menyatakan bahwa agama bahwa agama adalah bagian penting dari kehidupan mereka sehari-hari. Dan tak ada perbedaan antara kaum radikal dan moderat dalam hal beribadah di masjid. Bahkan, banyak dari mereka yang mengutuk terorisme karena keliru dalam memahami nilai-nilai jihad dan dakwah.
Sampai saat ini, memang kita belum mengetahui siapa pelaku dan motif dibalik aksi pengeboman itu. Semua hal yang berkenaan pelaku dan motif masih sumir dan mengambang, belum ada kejelasan dan bukti kalau ini benar-benar motif agama atau politik. Yang jelas kalau itu motifnya agama khususnya Islam jelas adalah pemahaman yang keliru karena Islam itu adalah agama yang universal. Maksudnya, Islam tidak memandang segala sesuatu dari sudut pandang rasialis serta masyarakat Islam adalah masyarakat yang inklusif untuk semua keturunan manusia dan tidak memandang jenis ras dan warna kulit.
Jadi, menurut saya duduk persoalannya sudah jelas. Tak ada alasan bagi kita untuk membenci Islam karena mungkin saja di belakang layar ada aktor yang maling teriak maling. Saya tidak akan menyebutkan siapa maling teriak maling itu yang pasti saya menangkap ada juga motif bisnis yang diperankan oleh segelintir oknum tak bertanggungjawab yang kemudian mengajak kelompok-kelompok sekelilingnya yang potensial dan untuk melakukan aksi teror.
Demikianlah catatan ringan ini, semoga pelaku dapat dengan segera tertangkap sehingga citra Indonesia sebagai negeri yang aman dan damai dapat pulih kembali dan sekali lagi sebagai kalimat penegasan aksi pengeboman tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan Islam sebagai agama yang mengajarkan nilai-nilai kedamaian dan universal. Wassalam.
*Pemred Terkinews