Menpora Baru Diminta Turun Tangan Bereskan Sepakbola

Diterbitkan oleh Dachroni pada Rabu, 29 Oktober 2014 12:00 WIB dengan kategori Olah Raga dan sudah 1.165 kali ditampilkan

Kasus 'sepakbola gajah' seperti menjadi sambutan bagi pemerintahan baru di era Joko Widodo. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi diminta turut hadir dalam kasus yang juga menjadi sorotan media internasional itu.

 

Pada pertandingan Divisi Utama hari minggu (26/10/2014) lalu, PSS Sleman dan PSIS Semarang "kompak" bermain untuk tidak menang. Dari skor akhir 3-2 untuk PSS, semua gol adalah bunuh diri, tercipta di menit-menit terakhir.

 

Komisi Disiplin PSSI sudah mengambil beberapa keputusan terkait skandal memalukan ini, antara lain mendiskualifikasi kedua tim tersebut dari kompetisi musim ini. Namun, hukuman untuk individu-individu belum ditetapkan. Soal penyelesaian kasus 'sepakbola gajah' kali ini, mantan pesepakbola nasional, Ferril Hattu, menilai tak cukup bahwa penyelidikan hanya dilakukan oleh pihak PSSI. Karena sudah dianggap sebagai penipuan, maka pihak kepolisian pun layak untuk digandeng guna melakukan penyelidikan. Tak cuma itu, pihak Kemenpora juga dituntut untuk mengambil bagian dalam kasus ini. "Harus ada pihak ketiga yang melakukan pemeriksaan pada kasus ini.

 

Dalam hal ini bisa Mabes POLRI. Karena ini sudah merupakan bentuk penipuan," kata Ferril dalam perbincangan dengan detikSport, Rabu (29/10). "Ini juga penistaan pada sepakbola. Pengurus sudah jungkir balik untuk mencari dana, katakanlah Rp 20 miliar setahun. Bagaimana rasanya kalau cuma akhirnya seperti ini. Ini harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. "Dalam kasus ini, Menpora juga bisa masuk. Ini sudah merusak sepakbola. Cuma sekarang, kita mau cepat atau tidak memperbaiki sepakbola nasional. Jujur saja, mau atau tidak? Saya mengharapkan negara bisa hadir di sana. "Ini terlalu gampang untuk ditebak. Kasus ini bisa menjadi entry point untuk melakukan investigasi pada pengurus PSSI," tambahnya.

 

Kapten Indonesia saat memenangi medali emas di SEA Games 1991 itu juga meyakini bahwa tidak butuh waktu lama untuk memperbaiki sepakbola Indonesia, andai semua pihak mau bersungguh-sungguh. "Kita bisa saja absen 3 tahun dari kalender FIFA, tidak masalah. Karena sekarang ikut kalender FIFA juga hasilnya terus kurang bagus," ungkap mantan pemain Niac Mitra, Persebaya, dan Petrokimia Gresik itu. "Kalau mau memperbaiki, tidak sampai 5 tahun juga sudah beres. Setelah semuanya beres, kita juga akan lebih siap untuk berkompetisi di ajang di internasional. Jadi, kita harus jujur, mau atau tidak untuk memperbaiki ini semua," tegasnya.

*http://sport.detik.com/sepakbola