Pemuda Berjiwa Pahlawan
Menurut penulis pada peringatan hari Pahlawan 10 November inilah momentum yang tepat untuk mengembalikan semangat kepemudaan. Peringatan hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2014 dan hari Pahlawan 10 November 2014 lalu semestinya dijadikan momentum oleh kaum muda untuk bangkit dan menjadi pahlawan-pahlawan baru membawa perubahan dan perbaikan bagi bangsanya, Indonesia.
Seorang pemimpin gerakan dakwah kontemporer Ikhwanul Muslimin yakni Imam Syahid Hasan Al-Banna mengungkapkan pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Itulah sebabnya, diperlukan pemuda-pemuda yang memiliki spirit kepahlawanan untuk memimpin bangsa ini ke depan.
Karena negeri ini sedang mengalami problematika keumatan yang luar biasa dahsyatnya. Tanpa adanya mental-mental kepahlawanan yang dimotori oleh kaum muda niscaya kecerahan dari nasib masa depan bangsa ini ke depan hanya sekedar mimpi yang tak akan terealisasi. Spirit perjuangan pahlawan mesti ditanamkan sejak dini. Para pemuda yang didefenisikan dalam UU No 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan adalah orang-orang yang berusia dari 16 sampai 30 tahun termasuk mahasiswa di dalamnya harus menjadi pionir dalam pembangunan Indonesia.
Mereka semestinya tidak lagi dijadikan agen perubahan, sudah semestinya mereka diposisikan sebagai direktur perubahan atau direktur peradaban. Hal ini disebabkan karena pemuda memiliki beragam potensi diantaranya Memiliki kekuatan (Fisik) yang mapan, Memiliki kecerdasan (Fikir) yang tajam, memiliki kecepatan belajar dan adaptasi serta sebagai bahan dasar akselerasi perubahan.
Untuk menjadi pemuda yang berjiwa pahlawan, seorang pemuda wajib menambah energi dan kapasitas utk menjawab tantangan; individu ataupun kolektif. Pemuda punya hak dan kewajiban sejarah untuk merespon berbagai kondisi bangsa dengan langkah nyata (Attitude), tidak dapat menyerahkan sepenuhnya pada pengelola negara yang hari ini mungkin juga tengah kesulitan menjawab persoalan bangsa.
Selain itu, untuk melakukan perubahan pemuda dituntut juga memiliki beberapa hal seperti yang pernah diungkapkan Rhenald Kasali dalam bukunya Re-Code.
Pertama, visi tentang arah masa depan. Kedua, keterampilan (skill) untuk mampu melakukan tuntutan-tuntutan baru. Keterampilan ini harus terus dipelihara, ditumbuhkan dan dikembangkan. Ketiga, insentif, yang memadai. Keempat, pemuda harus memiliki sumberdaya / kompetensi sehingga bisa memudahkan ruang gerak dan pertumbuhan. Kelima, rencana atau action plan. Pemuda hari ini harus memiliki rencana masa depan bangsanya. Rencana tindak adalah bukan sekedar rencana, melainkan sebuah rangkaian tindakan yang diintegrasikan dalam langkah-langkah yang spesifik dan terencana, tertulis dan dimengerti oleh semua pelaku yang terlibat.
Sebagai agen perubahan pemuda memiliki peranan penting dalam tataran kekuatan politik arus bawah untuk melakukan kontrol publik terhadap kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap masyarakat. Namun, apa yang terjadi pada gerakan mahasiswa saat ini. Seolah-olah vakum dan terdiam. Wajar banyak kalangan dan pengamat mengatakan saat ini gerakan mahasiswa atau pemuda pasca meletusnya bom reformasi tidak banyak yang diperbuat.
Padahal, mahasiswa di era-98 adalah pahlawan dari perjuangan reformasi dan kerja-kerja pengawalan mestinya dijalankan oleh mahasiswa untuk mengawal permasalahan yang dialami bangsa ini seperti masalah korupsi dan permasalahan sosial lainnya. Pemudalah satu-satunya harapan bagi masyarakat untuk mengawal dan meluruskan permasalahan-permasalahan kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap masyarakat mengingat indepensi dan orientasi kepentingannya yang benar-benar murni untuk memperjuangkan nasib masyarakat.
Pemuda yang Berjiwa Pahlawan
Pemuda yang berjiwa pahlawan adalah pemuda yang rela berkorban dan bergerak tanpa pamrih. Ikhlas dalam berjuang untuk melakukan agenda-agenda pergerakan dan perubahan. Terakhir ingin sekali penulis sampaikan bahwa ada beberapa variant dan kriteria pemuda yang berjiwa pahlawan. Pertama, memiliki semangat untuk terus bergerak dan berjuang. Semangat untuk terus bergerak dan berjuang bukan berarti semangat yang menggebu-gebu tanpa diiringi dengan perencanaan yang jelas. Dalam hal ini, pemuda harus mempunyai orientasi perubahan dan perbaikan bagi bangsanya.
Kedua, menjadi pemuda yang mampu menyelesaikan permasalahan (problem solver) bukan bagian dari masalah (trouble solver). Sudah semestinya, pemuda harus bisa memberikan gagasan dan ide-idenya untuk memecahkan permasalahan bangsa ini. Pemuda harus banyak ide dan gagasan. Mungkin kalau pemuda tempo dulu seperti Soekarno, M. Hatta, M. Natsir miskin akan gagasan, mungkin kita tidak akan menikmati manisnya kemerdekaan ini. Begitu juga dengan lahirnya reformasi, mungkin kalau Fachri Hamzah, Budiman Sujatmiko dan kawan-kawan seperjuangan reformasi miskin akan ide, gagasan dan strategi kita tidak akan menikmati era keterbukaan seperti saat ini dimana kita bebas untuk berpendapat dan berkomentar.
Ketiga, pemuda yang berjiwa pahlawan tidak bermental ‘tempe’.
Artinya, para pemuda dituntut untuk tidak mudah berputus asa dalam melakukan agenda-agenda perubahan dan perbaikan. Mereka bergerak tanpa pamrih. Bergerak tanpa diminta untuk disebut sebagai pahlawan apalagi penghargaan. Penghargaan dan label kepahlawanan bagi pemuda berjiwa pahlawan bukanlah suatu yang penting yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa terus bergerak tanpa mengenal letih sampai tetes perjuangan terakhir. Selamat hari pahlawan untuk segenap orang yang telah mengorbankan apa saja untuk negeri tercinta ini dan yakinlah pahlawan akan terus ada dan setiap zaman tentu ada pahlawannya. ***