Dentuman Suara Khas Bedil Bambu Hilang Tak Terdengar Lagi

Diterbitkan oleh Redaksi pada Jumat, 24 Juni 2016 21:21 WIB dengan kategori Lingga dan sudah 4.131 kali ditampilkan

LINGGA - Dentuman meriam bambu yang biasanya membahana selama bulan Ramadhan, sejak beberapa tahun belakangan kini hampir tidak terdengar lagi di wilayah Kabupaten Lingga dan sekitarnya. Padahal permainan ini merupakan bagian dari semaraknya dalam mewarnai indahnya di bulan suci ini.

Permainan tradisional yang biasanya dimainkan kala menunggu waktu berbuka puasa atau usai sholat tarawih ini, kini berganti dengan dentuman bunyi petasan.

"Beberape tahun belakangan ini saye tak pernah dengar lagi ade suare khas Bedil di Daik Lingga‎" ungkap Yadi warga Tande, Jum'at (24/06).

Menurut Yadi, ada kerinduan tersendiri akan permainan Bedil Bambu disaat bulan ramadhan, soalnya permainan tersebut merupakan bagian dari masa kanak-kanaknya bersama teman-teman saat kecil.

Dirinya masih ingat bagaimana ia berlomba menciptakan suara dentuman yang besar dari Bedil Bambu tersebut. Makin besar bambu yang digunakan, semakin besar dentuman yang dihasilkan.

"Mungkin karena sudah sulit mencari bambu dan minyak tanah‎. Kalau dulu kita masih mudah mencari bambu. Sekarang sulit mencari bambu, apalagi yang ukuran besar," jelasnya.

Yadi mengungkapkan salah satu kenangan yang tidak bisa dilupakan adalah insiden terbakarnya alis mata atau rambut saat memainkan permainan bedil bambu itu.

"Ini rambut pernah habis kena api saat main bedil," ungkapnya seraya tertawa.

Sementara Asril, warga Desa Sungai Pinang, Kecamatan Lingga Timur  mengungkapkan di daerahnya permainan Bedil Bambu juga sudah menghilang dan ditinggalkan.

"didaerah tempat saya tinggal juga sudah takde lagi. Sekarang orang dah banyak maen mercon daripade maen bedil, tak tau kenape," ungkap Asril.

Namun kata Asril, suara bising ditempatnya tidaklah hilang sama sekali karena dentuman meriam bambu berganti dengan dentuman bunyi mercon yang bersahut-sahutan dan dibarengi kerlap-kerlib kembang api di udara.

Asril mengakui, warga di desanya lebih senang bermain mercon ketimbang harus bermain meriam bambu. Masalahnya, menurut dia, bermain mercon tinggal minta uang kepada orang tua lalu membeli mercon yang banyak dijual secara menjamur di pinggir jalan maupun di warung.

"Minta duet dengan orang tue beli dekat warung, tinggal bakar make berbunyilah dar der dor," kata Asril.

Untuk diketahui bersama, permainan bedil bambu ini merupakan permainan yang terbuat dari bambu tua. Namun, permainan tradisional tradisi setiap Ramadhan itu, sudah sangat jarang lagi ditemukan dan dimainkan lagi di era kini. Dan biasanya waktu bermain bedil bambu ini pada sore hari hingga pertengahan malam bahkan dilanjutkan usai sahur hingga fajar menyingsing. Bukan hanya sekedar asyik memainkannya, bedil bambu juga berfungsi untuk membangunkan warga untuk makan sahur. Meski dari bambu, namun dentuman suara yang dihasilkannya hingga mencapai radius berkilometer jauhnya. Kini permainan bedil bambu tersebut sudah mulai ditinggalkan dan berada di ambang kepunahan, dengan tidak adanya generasi penerus yang senantiasa melestarikan permainan tradisional tersebut.