Produksi Minyak Goreng Kelapa Lingga Jadi Sumber Ekonomi Baru Daerah
LINGGA - Sentra IKM Kelapa di Desa Resang, Kecamatan Singkep Selatan, Kabupaten Lingga, memperkenalkan hasil produksi minyak goreng olahan dari buah kelapa.
Hadir langsung pada peluncuran tersebut adalah Bupati Lingga Muhammad Nizar. Bupati mengharapkan produksi terus berkelanjutan dan mendongkrak perekonomian.
“Alhamdulillah, mudah-mudahan produksi ini terus berjalan dengan hasil produksi yang lebih besar, baik itu minyak mentah, minyak goreng, cocofeat, cocofiber maupun arang brekit,” kata Bupati Lingga Muhammad Nizar saat peluncuran minyak goreng Sentra IKM Kelapa di Desa Resang, Kecamatan Singkep Selatan, Selasa (12/4/2022).
Bupati Lingga meminta stok yang tersedia di Sentra IKM Kelapa dapat langsung didistribusikan pada masyarakat. Nizar juga mengucapkan terimakasih pada Koperasi Selingsing Jaya Mandiri bekerja sama dengan Disperindagkop Kabupaten Lingga atas kerja keras dan kerja nyata.
“Insya Allah, nantinya minyak goreng ini akan didistribusikan untuk masyarakat kita dengan harga Rp22.000 per liternya, baik dalam kemasan plastik dan botol,” ungkap Bupati Nizar.
Bupati Lingga berharap kerja keras dan kerja nyata ini dapat terus berkelanjutan menghasilkan prosuksi dalam jumlah besar dan tentunya dapat berdampak pada perekonomian Kabupaten Lingga.
Wakil Bupati Kabupaten Lingga, Neko Wesha Pawelloy mengatakan, Kabupaten Lingga sudah mendapat bantuan dari pemerintah pusat pada tahun 2018 untuk membangun Industri Kreatif Masyarat (IKM) Sentra Kelapa yang memproduksi sabut kelapa.
"Kemudian saat ini, alhamdulillah kami sudah memproduksi minyak kelapa, dan sudah dipasarkan khususnya di Kabupaten Lingga. Ada yang 1 liter dan bervariasi harganya 22 ribu Rupiah," ujar Neko kepada wartawan, Kamis, 14 April 2022.
Lanjutnya, Kabupaten Lingga terus melakukan peremajaan kelapa. Dia berharap Pemerintah Pusat khususnya Kementerian Pertanian untuk membantu peremajaan karena di seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia penghasil kelapa sudah tua.
Untuk produksi kelapa di Kabupaten Lingga melakukan penjualan secara luas di seluruh Kabupaten karena di Kepulauan Riau Kabupaten Lingga merupakan satu-satunya yang memiliki pulau terbanyak.
"Ada 600an pulau. Jadi perlu gerakan dari OPD teknis untuk melakukan sosialisasi-sosialisasi tentang manfaatnya minyak kelapa dibandingkan minyak kelapa sawit. Apalagi minyak kelapa ini sehat," katanya.
Menurutnya produksi minyak kelapa sangat menguntungkan karena kalau bicara minyak kelapa tidak terlepas dari turunan-turunanannya.
Sementara itu, Wabup Neko mengakui dari efisiensi alat masih menggunakan alat setengah modern, ada yang pakai manual dan setengah modern. Menurutnya itu yang menjadi pengembangan untuk terus berjuang ke Kementerian Pertanian untuk menjadikan peralatan modern hingga memudahkan para pekerja untuk membuat minyak kelapa.
Sebelumnya, Sentra IKM Kelapa yang dibangun masa kepemimpinan Bupati Alias Wello dan Wakil Bupati Muhammad Nizar, pernah berhasil pada 2018 silam. Kabupaten Lingga dipusatkan menjadi tuan rumah peringatan Hari Kelapa Indonesia ke-2, dengan pusat Sentra IKM di Desa Resang. Bahkan pada peringatan yang dibuka secara resmi oleh KSP Moeldoko tersebut, telah mencatat Rekor Muri untuk gambar Presiden Jokowi dari media sabut kelapa berukuran 3,6 x 4,8 meter dan pembuatan sofa sepanjang 25 meter, berbahan dasar sabut kelapa. Pasca peringatan itu, Sentra IKM belum bisa beroperasi maksimal.
Pada estafet kepemimpinan Nizar-Neko, Sentra IKM, kembali digeliatkan. Dibawah pengelolaan Disperindagkop berkerjasama dengan Koperasi Selingsing Jaya Mandiri serta Bayer Batam, Sentra IKM Kelapa ini bakal mengekspor hasil produksi pada akhir ini. Tidak tanggung-tanggung, eskpor kali ini direncanakan sampai ke negeri tirai bambu dan Korea Selatan.
Bupati Lingga, Muhammad Nizar pada diskusinya bersama pihak pengelola meminta agar rencana dan produktifitas dari Sentra IKM sendiri benar-benar dimatangkan. Tidak hanya pada fokus ekspor, namun ketersediaan bahan baku kelapa bahkan keseriusan dari pihak pengelola dalam menentukan MoU bersama pemerintah daerah, harus menjadi pertimbangan, agar produksinya bisa berkelanjutan.
“Agar kolaborasi ini dapat maksimal segara didudukan secara bersama dengan Bagian Hukum dan BUMD Lingga untuk dimatangkan pemanfaatannya. Mulai dari aset hingga pada ketersediaan bahan baku kelapa agar benar-benar diinventarisasikan tercukupi untuk proses produksi,” kata Nizar.
Dia tidak ingin hanya sebatas euforia diawal saja. Namun alangkah baiknya, wacana ini benar-benar berkelanjutan untuk beroperasi, karena bisa membuka peluang lapangan pekerjaan bagi petani kelapa di Lingga. Keseriusan pengelola dalam menginvestasikan bahan baku dianggap penting, karena baru tercatat lahan kebun kelapa hanya seluas 2700 hektar saja. Kendati demikian dia optimistis, jika hal tersebut benar-benar dikelola dengan baik, dan dikemas secara matang.
“Dimana pada masa Awe-Nizar sudah diletakkan pondasi ini, dan pada masa Nizar-Neko telah dimulai untuk dioperasikan. Mudah-mudahan langkah baik pemerintah daerah, dapat tercapai sesuai target dan berdaya dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kabupaten Lingga, terutama masyarakat disekitar IKM kelapa,” papar dia
Pengelola Koperasi Selingsing Jaya Mandiri, Safaruddin menjelaskan untuk kebutuhan dasar bahan baku, dipastikan mencukupi. Pihaknya akan memprioritaskan bahan baku dari dalam daerah. Namun jika itu tidak mencukupi dari target produksi, bersama dengan Bayer Batam akan mengimpor bahan baku dari luar daerah.
“Namun untuk lebih jauhnya mengetahui nanti, inventarisasi akan kami lakukan dari Singkep Selatan, Singkep Pesisir dan Selayar. Nanti bahan dasarnya akan kami beli langsung dari masyarakat, dan kami angkut kesini,” jelas dia.
Dia menilai kualitas kelapa Lingga cukup baik. Kolaborasi ini akan dilanjutkan tentunya dengan beberapa visi yakni menciptakan lapangan pekerjaan, penambahan PAD dan sistem retrebusi, pajak, Dana Bagi Hasil, dan pemeliharaan sarana sentra IKM.
“Kami sadar bahwa ini sarana pemerintah, kami akan membuat wacana menambah PAD. Kami akan memaksimalkan fasilitas ini. Dengan target 2 ton perhari hasil produksi cocofit dan cocofiber dan 15 ton arang batok perbulannya,” kata dia.
Untuk pasar sendiri, Safar mengatakan pasar untuk hasil produksi kelapa cukup menjanjikan. Tinggal bagaimana menentukan arah dari harga beli tertinggi. Seperti olahan cocofit dan cocofiber yang bisa diekspor ke China, bahkan untuk minyak mentah, minyak goreng dan arang batok itu unlimited, bisa laku keras di Batam, dan bisa diekspor ke Cina.
“Kemudian juga tepung kelapa, kalau bisa terealisasi cukup banyak membutuhkan tenaga-tenaga kerja. Ini peluang lapangan kerja yang cukup besar. Dan harus kita pikirkan,” kata dia.
Lebih jauh, dia optimistis rencana produksi akhir bulan ini yang akan diekspor, meliputi cocofit dan cocofiber dengan kapasitas 60 ton serta 10 ton arang batok (semi brekit).
“Terimakasih kepad Bapak Bupati yang telah mempercayakan kami untuk mengelola sarana sentra inu. Insyaallah akan kami usahakan maksimal,” ucap dia.***(CR-Ipan)