Mentahnya Seruan Boykot Produk Israel

Diterbitkan oleh Redaksi pada Sabtu, 4 November 2023 20:34 WIB dengan kategori Opini Suara Mahasiswa dan sudah 142 kali ditampilkan

Saiful K. Teibang

Mahasiswa Manajemen Bisnis Syariah

Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam Kota Batam

 

OPINI – Konflik yang memanas antara Palestina dan Israel kembali terjadi.  Hingga hari ini konflik kedua kubu itu telah menelan korban hingga 9000 lebih jiwa. Dimana mayoritas korban adalah anak-anak. Reaksi keras hadir dari berbagai penjuru dunia. Konflik pun turut memecah bangsa menjadi pendukung Palestina dan pendukung Israel. Di berbagai negara aksi dukungan Palestina dan Israel muncul dan bahkan terlibat ketegangan. Tidak ketinggalan indonesia yang turut serta meramaikan pro kontra meski sejauh ini di jagat maya.

Konflik ini tentunya akan diiringi dengan berbagai macam kampanye yang lazimnya akan kembali disuarakan. Salah satunya boykot produk Israel. Dimana akan ada seruan untuk tidak menggunakan berbagai macam produk yang disinyalir sebagai produk zionis. Dan tentunya belum  berhasil sejauh ini karena produk-produk yang dimaksud masih lestari di etalase toko bahkan rumah-rumah kita, Ummat Islam Indonesia. Lalu apa penyebabnya?


Fakta Bahwa Gerakan Boykot Produk Israel Dibuat Penduduk Israel Sendiri

Secara global gerakan ini diberi nama Boykot, Denstasi dan Saksi (DBS) bermula tahun 2005 oleh 170 kelompok pendukung kemerdekaan palestina. Ada seorang tokoh sentral yang sampai saat ini dianggap sebagai pendiri gerakan ini. Ialah Omat Barghoti, pria kelahiran qatar (1964) yang kemudian menjadi warga negara palestina. Ia kemudian menikahi seorang israel arab pada 1993 dan secara sah memiliki KTP Israel kemudian hari.

Omar mengomandoi gerakan DBS di ranah akademis dan budaya. Gerakan ini punya afiliasi dengan gerakan lokal termasuk di Indonesia. Upayanya ini sangat bisa dipastikan memancing reaksi berbagai pihak baik yang mendukung dan tentunya menentang. Dalih tidak adanya dasar hukum di negara Israel terhadap aksi pemboikotan membuat aktivis itu bisa terus bersuara di negara Israel sendiri. Namun kemudian hak warga negaranya dicabut. Ia mendai warga wajib lapro sejak 2016 dan pada 2019, Amerika menerbitkan larangan bagi Omar memasuki wilayah Paman Sam.


Gerakan Boykot Menjadi Omong Kosong Belaka

Fakta tidak hancurnya ekonomi Israel mengisyaratkan bahwa gerakan boykot tentu tidak ada hasilnya sampai sekarang. Meski bukan satu-satunya cara menghancurkan Israel, namun para analis memang sudah skeptis terhadap gerakan ini dan menganggapnya sebagai omong kosong belaka.

Tidak adanya gerakan berkelanjutan membuat kampanye boykot produk Israel sebagai gertak sambal saja. Tidak ada kampanye yang konsisten untuk mengingatkan masyarakat pro boykot agar tetap pada jalurnya. Ini adalah salah satu alasan mengapa para analis menganggap gerakan boykot sebagai omong kosong.

 

Tidak Punya Pilihan di tengah Banyaknya Pilihan

Ketika harus memboykot, tentunya harus ada alternatif produk yang bisa dipilih. Edukasi produk non Israel sudah bertebaran di sosial media. Namun faktanya masyarakat dengan rasa nyaman akan kualitas produk Israel akhirnya tidak bisa memilih produk lain selain produk Israel.

Baca Juga  Panduan Agar Sistem Manajemen Kinerja Dapat Efektif di Terapkan
Komitmen akan gerakan boykot dan mau mengkonsumsi produk alternatif No Israel adalah gerakan yang wajib selaras. Karena selama ini khususnya simpatisan pro boykot produk Israel seakan masih main mata dengan produk-produk zionis akibat kurangnya literasi dan komitmen.

Selain itu, banyaknya produk brand-brand syariah pembanding masih sulit dijangkau baik itu dari segi akses maupun harga. Hal ini adalah alasan terbesar pilihan produk masih kepada brand kapitalis non Israel atau Israel.

 

Tidak penting siapa dan dari mana, gerakan boykot produk Israel termasuk seperti gerakan DBS adalah upaya yang sebenarnya bisa membuat Israel “Ketar-ketir” jika di laksanakan dengan sepenuh hati bagi para pro gerakan tersebut. Produk alternatif telah tersedia meskipun dari produsen kapitalis, dan informasi produk pembanding (produk non Israel) telah tersebar luas di berbagai media.