Manajemen Kinerja Capres dalam Konteks Kampanye Pemilu 2024

Diterbitkan oleh Redaksi pada Kamis, 14 Desember 2023 20:45 WIB dengan kategori Opini Suara Mahasiswa dan sudah 298 kali ditampilkan

Heti Wulan Sabrila

Mahasiswa Sekolah Tingi Ekonomi Dan Bisnis Islam (STEBI) Batam

 

Pada Pemilu 2024, masyarakat politik menantikan kampanye sebagai panggung bagi pasangan calon presiden untuk mengungkapkan visi kepemimpinan mereka terhadap kompleksitas masalah di Indonesia. Kampanye menjadi komunikasi politik, di mana capres menyampaikan ide, pemikiran, dan citra diri untuk membimbing pemilih dalam menentukan pilihan. Kaitannya dengan manajemen kinerja, kampanye dapat dianggap sebagai bentuk evaluasi terhadap kapasitas dan kemampuan calon presiden.

Dalam konteks manajemen kinerja, penting bagi capres untuk mempersiapkan materi kampanye yang terkait dengan isu-isu aktual dalam masyarakat. Capres yang kurang siap dengan materi kampanye cenderung tidak mampu memadukan ide dan pemikiran mereka secara efektif, mencerminkan kurangnya manajemen persiapan kampanye. Sebuah manajemen yang baik akan menekankan pentingnya persiapan yang matang untuk menghadapi isu-isu yang berkembang.

Tidak hanya itu, kemampuan beretorika juga menjadi aspek penting dalam manajemen kinerja capres. Capres yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik melalui retorika dapat mengakibatkan kurangnya dukungan publik. Oleh karena itu, manajemen kinerja mencakup peningkatan kemampuan berkomunikasi agar capres dapat menginspirasi dan meyakinkan pemilih potensial.

Selain itu, kualitas kampanye juga memainkan peran penting dalam menciptakan budaya politik partisipatif. Kampanye yang berkualitas, didukung oleh ide dan pemikiran yang menarik, mendorong partisipasi aktif masyarakat. Capres yang mampu mendorong diskusi dan kritik konstruktif terhadap ide dan pemikiran mereka menciptakan budaya politik yang lebih matang.

Dalam manajemen kinerja capres, penting untuk menghindari kampanye yang hanya mengandalkan bagi-bagi hadiah kepada pemilih. Praktik ini dapat dianggap sebagai kurangnya manajemen strategi kampanye yang berfokus pada ide dan pemikiran untuk membangun negara ke depan. Sebaliknya, kampanye yang mengedepankan ide dan pemikiran menciptakan pemahaman yang lebih baik di kalangan pemilih, meningkatkan kualitas pemilu.

Demokrasi yang berkualitas membutuhkan kampanye capres yang lebih dari sekadar janji hadiah atau uang kepada pemilih. Manajemen kinerja capres melibatkan penyampaian ide dan pemikiran yang dapat menyelesaikan masalah berbangsa dan bernegara, serta menempatkan diri dalam konteks politik internasional. Pemilu Indonesia sebagai pusat perhatian internasional menekankan pentingnya manajemen kinerja capres untuk membangun kredibilitas bangsa di mata masyarakat global.

Efikasi politik individu warga negara juga terkait erat dengan manajemen kinerja capres dalam kampanye. Kampanye berkualitas membentuk pemahaman kritis pemilih tentang bagaimana pilihan politik mereka dapat memengaruhi kebijakan pemerintah. Capres yang mampu menyampaikan ide dan pemikirannya dengan baik dalam kampanye akan membentuk keyakinan diri individu bahwa kontribusinya berdampak pada arah kebijakan yang diambil oleh pemerintahan terpilih.

Dalam konteks manajemen kinerja capres, penting untuk terus meningkatkan kualitas kampanye dari waktu ke waktu. Pembelajaran demokrasi dari setiap pemilu seharusnya menjadi panduan bagi capres dan masyarakat untuk melibatkan semua elemen dengan cerdas. Dengan demikian, demokrasi prosedural dapat berfungsi dengan baik tanpa terjebak dalam praktik kampanye yang hanya bersifat rutin tanpa membawa perubahan kualitas hidup masyarakat.