Penolakan Pengungsi Rohingya di Indonesia: Tantangan Manajemen Kinerja dalam Perspektif Kemanusiaan
Wahyu Widiyanti
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam Batam
OPINI - Masalah penolakan pengungsi Rohingya oleh sebagian masyarakat Indonesia merupakan fenomena yang menyoroti tantangan manajemen kinerja dalam konteks kemanusiaan. Sebagai bangsa yang berbudaya pluralis, Indonesia telah lama menjadi tuan rumah bagi berbagai etnis dan agama. Namun, ketika kita menilik penolakan terhadap pengungsi Rohingya, kita harus mempertimbangkan dampak terhadap manajemen kinerja dalam memperlakukan kelompok yang membutuhkan perlindungan internasional.
Salah satu poin sentral dalam manajemen kinerja adalah penanganan situasi krisis dengan bijak. Penerimaan pengungsi Rohingya menjadi ujian bagi kemampuan pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam merespon krisis kemanusiaan. Dalam konteks ini, peran manajemen kinerja yang efektif memerlukan koordinasi yang baik antara pemerintah, lembaga kemanusiaan, dan masyarakat.
Penting untuk diingat bahwa penanganan pengungsi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat sebagai whole. Manajemen kinerja dalam hal ini mencakup upaya untuk menciptakan pemahaman dan empati di antara masyarakat, memberikan edukasi mengenai kondisi pengungsi, serta membentuk narasi positif mengenai penerimaan mereka sebagai bagian dari kemanusiaan global.
Ketidaksetujuan sebagian masyarakat terhadap pengungsi Rohingya seringkali muncul dari ketakutan akan dampak sosial dan ekonomi yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, manajemen kinerja yang efektif harus dapat merancang program komunikasi yang membangun kesadaran mengenai manfaat kemanusiaan dan dampak positif yang dapat dihasilkan dari penerimaan pengungsi.
Di sisi lain, pemerintah juga memiliki peran penting dalam manajemen kinerja ini. Perlu ada kejelasan kebijakan yang jelas mengenai status pengungsi Rohingya, termasuk hak dan kewajiban mereka. Pemerintah juga perlu melibatkan lembaga kemanusiaan, organisasi internasional, dan aktor-aktor terkait lainnya untuk memastikan bahwa upaya bantuan dan perlindungan mencapai sasaran dengan efektif.
Penting untuk diakui bahwa penanganan pengungsi Rohingya tidak hanya masalah Indonesia, tetapi juga tanggung jawab internasional. Dalam manajemen kinerja yang holistik, kerjasama regional dan global perlu ditingkatkan. Mendorong dialog dan kolaborasi antara negara-negara ASEAN dan aktor kemanusiaan internasional dapat memperkuat manajemen kinerja dalam menangani krisis pengungsi.
Sebagai negara berpenduduk besar dengan keragaman latar belakang dan budaya, Indonesia memiliki peluang unik untuk menunjukkan kepemimpinan kemanusiaan. Melalui manajemen kinerja yang efektif dan kesadaran masyarakat yang terus berkembang, Indonesia dapat menjadi contoh positif dalam menanggapi krisis pengungsi dan memberikan kontribusi positif terhadap perdamaian dan kesejahteraan regional.