Menggugat Sumpah Pemuda, Mencoba Berfikir Kritis Dan Tidak Emosional

Diterbitkan oleh Saiful pada Ahad, 30 Oktober 2016 07:01 WIB dengan kategori Opini dan sudah 1.036 kali ditampilkan

Sumpah Pemuda menurut mayoritas masyarakat Indonesia, baik muslim apalagi non muslim adalah sumpah yang mempersatukan bangsa indonesia, karena jika dilihat sekilas maka isi Sumpah Pemuda-lah yang menjadikan indonesia bersatu tanpa melihat batas-batas kesukuan, ras dan bahasa, hanya saja jika kita melihat isi sumpah pemuda itu sendiri maka akan ditemui beberapa keganjilan yang menyebabkan indonesia menjadi bangsa yang kacau dan tidak jelas standar persatuannya, alih-alih mempersatukan justru malah menimbulkan kekacauan akan standar pemersatu itu sendiri.

1.Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia

Pertanyaannya adalah, tanah air yang mana? Apakah jika kita menempati satu tanah yang sama lalu minum air yang sama akan dikatakan sebagai ukuran persatuan? lalu mengapa Kalimantan harus berpisah dengan Malaysia Timur dan Brunei Darussalam? padahal mereka satu tanah dan satu air, Lihat pula Papua dan Papua New Guinea, mereka jelas-jelas satu tanah dan satu air, lalu apakah ukuran se-tanah dan se-air itu? Maka jika standarnya adalah fisik dari satu tanah dan satu air, mestinya kita menjadi satu dengan Malaysia, Brunei dan juga Papua New Guinea, tapi kenapa kemudian berpisah?

2.Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia

Pertanyaan berikutnya, bangsa dalam KBBI diterjemahkan sebagai kelompok masyarakat yg bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahansendiri. Nah, keganjilannya adalah, standar keturunan yang mana yang akan dijadikan sebagai pemersatu? jika Melayu, maka mestinya kita dengan Malaysia menjadi satu dan tidak saling mengkotakkan, pun demikian dengan China ataupun Arab yang notabene merupakan warga Indonesia akan tetapi bukan keturunan Melayu.
Lalu jika kita harus menengok sejarah sebagai standar satu bangsa, maka akankah kita memang harus merelakan Timor Timur lepas? karena mereka tidak berkaitan secara sejarah dengan bangsa indonesia? Jika standarnya sejarah maka jangan salahkan jika Papua juga ingin lepas pun dengan Aceh. Lalu yang disebut sejarah adalah sejarah yang mana?
Jika yang ingin dijadikan standar adalah pemerintahan sendiri, lalu bagaimana dengan Yogjakarta hadiningrat? Jawab!

3. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia

Untuk yang ini maka yang akan kita tanyakan, lagi dan lagi adalah status bahwa bahasa Indonesia yang di gunakan oleh negara Indonesia berasal dari bahasa Melayu (Nationalgeographic .com) lalu pertanyaan yang sama, apa yang menyebabkan kita harus mengatakan bahwa Malaysia dengan Indonesia adalah sesuatu yang terpisah? lalu apa yang memisahkan mereka? Bahkan isi sumpah pemuda sendiri menyatakan bahwa ciri negara Indonesia yang bersatu adalah berbahasa Indonesia yang asal usulnya bahasa melayu.

Jika ada yang mengatakan bahwa yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu adalah logatnya, maka akan lebih aneh lagi, karena Makassar, NTT dan Papua akan memisahkan diri karena logatnya bukan logat jakarta, akan tetapi logat bahasa ketimuran, pun demikian dengan Sumatra dan Kalimantan Barat yang berlogat Melayu.

Jadi, menggunakan ketiga standar itu sebagai dasar pemersatu bangsa adalah hal yang absurd, dan tidak tepat, karena standar yang dijelaskan oleh para pemuda-pemuda itu adalah standard yang tidak memiliki batasan yang jelas, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara yang berpikiran sempit dan terbatas, sehingga tidak memungkinkan mereka menjadi negara yang besar dan berkuasa.


Lalu apa standar yang dapat digunakan oleh suatu negara jika mereka ingin menjadi sebuah negara yang besar? Jawabannya adalah Ideologi, karena Ideologi akan melewati batas-batas kesukuan, ras, warna kulit, bahasa, keturunan, bahkan wilayah teritorial. Asalkan satu ideologi maka mereka akan menjadi satu.
lalu pertanyaannya adalah, Ideologi apa? Tentu Ideologi Islam, karena dari asal usulnya, fakta pemberlakuannya, sejarah kegemilangannya dan segala yang dimilikinya sungguh akan sangat membantu sebuah negara menjadi negara yang besar, negara yang memimpin peradaban.

 

Penulis Hatim Abdul Kadir

HMI Batam