Syaipul Bahri, Manfaatkan Barang Bekas Jadi Alat Musik

Diterbitkan oleh pada Rabu, 3 Desember 2014 21:03 WIB dengan kategori Profil dan sudah 3.077 kali ditampilkan

Masyarakat Tanjungbatu Kundur saat ini seakan dihipnotis oleh penampilan Poyo Harmony, grup musik perkusi yang sedang naik daun. Dengan memanfaatkan barang-barang bekas menjadi alat musik pukul yang diracik dengan kemampuan musikalitas sehingga menjadi irama yang harmonis. Dan sosok disebalik kesuksesan Poyo Harmony adalah seorang Syaipul Bahri, guru honorer yang juga pemimpin dari grup musik perkusi ini.

 

Dilahirkan di Dabit Sidomulyo 30 Juli 1991 silam, pria yang akrab disapa Ipul ini memang menggemari musik sejak sekolah. Pernah bergabung di beberapa sanggar seni di Tanjungbatu sejak dulu, hingga saat ini Beliau masih aktif menggeluti seni budaya.

 

Anak ke 4 dari 7 bersaudara yang lulus dari SMA Negeri 3 Kundur pada 2010 silam ini, sempat ingin mendaftarkan diri ke perguruan tinggi jurusan seni budaya selepas lulus SMA. Namun akibat keterbatasan biaya, putra dari pasangan Tutriati dan Rahman yang berprofesi sebagai petani ini terpaksa mengurungkan niatnya. Akhirnya Beliau bekerja sebagai honorer di SD Negeri 005 Tanjungbatu sebagai staff tata usaha.

 

Darah seni yang sudah mengalir deras di tubuhnya, membuat ia tidak patah semangat mengarungi hidup. Walaupun tidak mengecap pendidikan seni, ia tak henti berkarya dan aktif berlatih bersama rekan-rekannya di beberapa sanggar seni di Kundur. Sampai akhirnya ia juga turut mendirikan sebuah sanggar seni tari dan musik bernama Celutak Rhythm and Dance Studio Tanjungbatu, dan aktif sebagai pemain biola.

 

Pria yang saat ini menjadi guru Penjas di SDN 005 Tanjungbatu, selain mahir menggesek biola juga mahir dalam memainkan alat-alat musik perkusi seperti bebane, djembe, tambor, darbuka, marwas dan sebagainya. Karena dorongan naluri untuk mengasah bakat terpendam dan juga menyalurkan ilmu seni musik kepada sesama, pada 3 September 2014 lalu, ia bersama pemuda-pemuda di lingkungan kelurahan Gading Sari dan sekitarnya mendirikan grup musik perkusi yang diberi nama Poyo Harmony.

 

Dengan memanfaatkan barang-barang bekas seperti drum kaleng, ember cat, drum pinguin, potongan besi, bambu, kayu, spandex, dan pipa yang seluruhnya diambil dari benda yang tak terpakai lagi, dirakit menjadi alat-alat musik yang kemudian dimainkan dalam bentuk instrument yang harmonis. Alat musik melodis yang dimainkan hanyalah sebuah biola yang digesek oleh sang komposer yaitu dia sendiri. Terbukti, grup ini mampu memainkan irama dari lagu-lagu nasional, lagu-lagu daerah dan musik garapan kontemporer, bahkan sudah menyaingi drumband.

 

Poyo Harmony dibawah pimpinan Ipul ini telah tampil dibeberapa event di wilayah Kundur, dan saat ini sudah memiliki personil sebanyak 50an orang. Siapa bilang jiwa seni harus ditempa di sekolah seni? Syaiful Bahri telah membuktikan walaupun hanya lulusan SMA dan menjadi guru SD, dia tetap mampu mengembangkan seni budaya di lingkungannya.