Harga Sahang Tinggi, Petani Sahang Lingga Panen Besar

Diterbitkan oleh Redaksi pada Selasa, 13 Januari 2015 13:59 WIB dengan kategori Lingga dan sudah 6.667 kali ditampilkan

LINGGA - Harga sahang yang kini tinggi di pasaran mencapai kisaran Rp 150 ribu perkilogramnya. Menjadi tuah bagi petani sahang di kabupaten lingga diawal tahun 2015 ini. Karena sebagian besar lahan pertanian sahang yang ada di kabupaten lingga yaitu di wilayah Cenot, Kador dan dusun Malar desa Mepar, kecamatan Lingga mulai memasuki masa panen. Selasa (13/1).

 

Tanaman sahang yang ditanami petani-petani ini tampak berjejer rapi di sepanjang jalan. Menjadi pemandangan disisi jalan mulai dari desa Cenot hingga ke desa Kelumu, tampak segar menghijau. Disamping itu ada beberapa warga memanfaatkan cuaca panas untuk menjemur hasil sahang yang mereka kumpulkan di depan halaman rumah, juga lapangan dan tanah kosong untuk menjemur hasil kebun tersebut.


"Ini kita mau jemur, dari sahang ini nanti jadi merica. Kalau merica, harga perkilonya Rp 150 ribu, tapi pekerjaannya memang jauh lebih rumit. Harus bersihkan dulu dari tangkai, kemudian di rendam selama dua minggu agar kulitnya terlepas, baru kemudian di jemur, tapi jika dijadikan lada hitam prosesnya tidak rumit, cuman harga perkilonya lebih murah hanya Rp 80 ribu perkilogram." ungkap Mansur, salah seorang petani sahang di kampung Kador.


Mansur menceritakan dari kebun miliknya yang ia tanami lebih kurang 300 tanaman sahang, dalam sekali panen ia mampu mengumpulkan 15 kilo. Namun, hasil tersebut dikatakannya tidak maksimal, sebab dari 300 tanaman sahang yang ia punya tidak semua dalam kondisi baik dan produktif.


"Berkebun sahang ini sangat aman dari hama, tapi perawatan tanaman memang agak teruk. Lokasi harus selalu bersih dan di asap. Waktu menanam, usia 7 atau 8 bulan, tanaman di potong dulu biar rimbun dan banyak dahan, tunas yang dipotong juga dapat jadi benih lagi. Hasil tahun ini, alhamdulillahlah cukup untuk beli beras," ungkap Mansur lagi.

 

Dikatakan Mansur, menjadi petani sahang sangat menguntungkan. Namun, karena keterbatasan modal, untuk biaya perawatan, ia belum berani memperluas lahan sahangnya. Sedikitnya saat ini, ada lebih dari 30 orang petani sahang yang berkebun di jalan Malar.


Sayangnya, meski masih banyak lahan kosong yang semak dan belum di olah, dan jelas memiliki prospek pertanian sahang yang menjanjikan, belum ada tindakan pemerintah setempat maupun dinas terkait untuk membantu petani sahang ini. Sejumlah besar petani, berdikari dan mandiri sendiri dalam membangun pertanian hingga ke penjualan hasil perkebunannya.