Analisis Pengunduran Diri Kepala OIKN: Tinjauan Manajemen Kinerja

Diterbitkan oleh Redaksi pada Senin, 17 Juni 2024 20:37 WIB dengan kategori Opini Suara Mahasiswa dan sudah 175 kali ditampilkan

Diky Firmansyah

Mahasiswa STEBI Batam

 

Pengunduran diri Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe dari jabatan kepala dan wakil kepala Otorita Ibu Kota Negara (OIKN) baru-baru ini menggugah perhatian publik terhadap tantangan dan kompleksitas dalam manajemen proyek infrastruktur besar di Indonesia. Kedua pejabat tersebut menyerahkan posisi mereka di tengah sorotan terkait ambisi proyek yang dianggap terlalu besar dalam waktu yang terlalu singkat. Analisis dari Andrinof Chaniago, mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, memberikan perspektif yang menarik tentang kondisi yang mengarah pada keputusan mereka untuk mundur.

Andrinof Chaniago menyoroti bahwa salah satu penyebab utama pengunduran diri tersebut adalah ambisi yang tidak realistis dalam proyek OIKN. Dengan target jangka pendek yang terlalu besar, seperti mempersiapkan tempat upacara, kantor presiden, wakil presiden, serta beberapa menteri, OIKN dihadapkan pada tekanan yang sangat besar untuk mencapai semua ini dalam waktu singkat. Proyek ini juga meluas ke fungsi sebagai kawasan bisnis yang menambah kompleksitas dan tanggung jawab para pejabat yang terlibat.

Pengelolaan kinerja dalam konteks proyek infrastruktur seperti OIKN menyoroti tantangan manajemen yang kompleks. Keberhasilan proyek infrastruktur skala besar tidak hanya ditentukan oleh kebijakan dan rencana yang matang, tetapi juga oleh kemampuan untuk mengeksekusi rencana dengan efisien dan efektif. Di Indonesia, di mana kebutuhan infrastruktur sangat besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan perkotaan yang berkelanjutan, manajemen kinerja yang baik menjadi kunci untuk menghindari kemungkinan kegagalan seperti yang dialami oleh OIKN.

Kritik terhadap ambisi proyek infrastruktur seperti OIKN menyoroti pentingnya pendekatan manajemen strategis yang lebih terencana dan realistis. Andrinof Chaniago menegaskan bahwa perencanaan jangka panjang hingga tahun 2045 harus dilakukan secara bertahap dan realistis, dengan mempertimbangkan penyelesaian masalah tanah dan persiapan area bisnis yang memadai. Kesesuaian antara ambisi dan realitas pasar investasi serta infrastruktur yang tersedia perlu dievaluasi secara kritis untuk memastikan kesuksesan jangka panjang proyek-proyek semacam ini.

Proyek-proyek infrastruktur nasional seperti OIKN mencerminkan harapan besar untuk mengangkat status dan kualitas hidup masyarakat, sambil menarik investasi domestik dan asing yang besar. Namun, tantangan dalam menjaga keseimbangan antara ambisi yang tinggi dan realitas lapangan tidak boleh diabaikan. Penting bagi pemerintah dan para pembuat kebijakan untuk mengambil pelajaran dari pengalaman OIKN dan menerapkan manajemen kinerja yang lebih baik dalam proyek-proyek masa depan.

Dari analisis Andrinof Chaniago, terungkap bahwa manajemen kinerja dalam proyek-proyek infrastruktur skala besar seperti OIKN memerlukan pendekatan yang matang dan terencana. Ambisi yang tidak sesuai dengan realitas pasar dan infrastruktur yang tersedia dapat mengakibatkan tekanan berlebihan pada para pejabat yang bertanggung jawab, bahkan menyebabkan pengunduran diri seperti yang terjadi. Untuk mencapai kesuksesan jangka panjang, penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan ulang konsep pembangunan, meninjau kembali target-target yang ditetapkan, dan memastikan bahwa semua langkah diambil dengan mempertimbangkan keberlanjutan dan kelayakan proyek. Dengan demikian, Indonesia dapat meraih manfaat maksimal dari investasi infrastruktur yang strategis dan berkelanjutan bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya.