Puluhan Grup Nasyid Unjuk kebolehan di Fetival Nasyid BKPRMI Karimun

Diterbitkan oleh Admin pada Selasa, 31 Desember 2019 13:12 WIB dengan kategori Headline Karimun dan sudah 2.074 kali ditampilkan

KARIMUN - Media dakwah Islam tidak hanya sebatas ceramah dan pengajian. Salah satunya melalui nasyid. Untuk memeriahkannya digelar iven yakni serangkaian lomba nasyid tingkat SMA sederajat dan Umum.

Dalam nasyid yang berarti senandung terdapat pesan-pesan dakwah untuk selalu mengingat dan mendekatkan diri kepada sang pencipta Allah SWT. Sehingga manusia selalu menaati perintah dan larangan Allah SWT sesuai yang terkandung dalam Alquran dan Hadist.

Yatim, ketua BKPRMI Karimun mengatakan bahwa meski masyarakat Indonesia yang didominasi Muslim mengenal nasyid, namun nasib musik ini sendiri tidak sepopuler musik ‘Barat’ seperti pop.

Yatim menuturkan, menjadi munsyid atau pelantun nasyid di Indonesia bukan tanpa hambatan. Menyanyikan lagu bernuansa religi dengan niat mensyiarkan nilai agama ternyata dianggap sebagai sebuah hal yang eksklusif di mata sebagian orang.

Sedangkan menurut Nasrullah Salah seorang Munyid, nasyid di Indonesia muncul bersamaan dengan perkembangan hiburan Islami tersebut dari Malaysia sekitar dekade '80-'90-an. Kala itu, di Malaysia tengah populer kelompok nasyid The Zikr dan NadaMurni yang berafiliasi dengan gerakan Islam Al-Arqam di Negeri Jiran.

“Nasyid sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti senandung. Biasanya, dalam perjalanan, para musafir bersenandung seiring derap langkah unta,” kata Nasrullah. “Dahulu, yang berkembang justru nasyid untuk penyemangat jihad di Palestina,”

Nasyid kemudian berkembang lebih luas lagi. Nasrullah menyebut nasyid terbagi menjadi beberapa jenis. Pertama, adalah nasyid berbentuk mars yang berisi semangat berjihad dan bertema Palestina. Beberapa grup nasyid kelompok ini adalah Izzatul Islam dan Shoutul Harokah.

Kedua, adalah nasyid dengan bentuk perkusi lengkap dengan pakaian baju koko dan peci yang terkenal di Malaysia seperti yang dikenal melalui Raihan. Terakhir, adalah akapela yang dipopulerkan oleh kelompok Snada di Indonesia.

Nasyid sendiri diakui Nasrullah memiliki kontroversi, mengingat ada perbedaan pendapat oleh para ulama Islam terhadap musik. Namun, Nasrullah dan para munsyid lain mengambil pendapat yang kemudian diterapkan hingga saat ini.

“Kalau ditanya pakemnya bagaimana, agak susah karena nasyid kini sangat berkembang. Namun dari dahulu hingga sekarang, nasyid itu lagunya mesti baik, artinya dinyanyikan sesuai kaidah Islam: tidak ada khalwat (campur baur laki-laki dan perempuan yang tidak sah secara agama, red), kata-kata kasar, dan minuman keras,” kata Nasrullah.