Penyebab Pokok Sistem Manajemen Kinerja Sering Bermasalah
Reza Rizki Saputra
Mahasiswa STIE Pembangunan, Tanjungpinang
Sitem manajemen kinerja lahir pada akhir tahun 1980-an. Menurut ahli ekonomi Amstrong tahun 1984, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sistem manajemen kinerja, yaitu :
1. Munculnya SDM Terbaru
Munculnya manajemen sumber daya manusia sebagai suatu pendekatan yang strategis dan terpadu terhadap pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia yang bertanggung jawab atas manajemen lini,
2. Pendekatan Strategis & Fleksibel
Perlunya menemukan suatu pendekatan yang strategis, namun fleksibel dalam mengelola suatu organisasi perusahaan,
3. Pengkuran Proses Kinerja
Kesadaran akan kenyataan bahwa kinerja hanya dapat diukur dan dinilai atas dasar suatu model input-proses-output-outcome, dan konsentrasi pada salah satu aspek kinerja dapat mengurangi efek keseluruhan sistemnya,
4. Pengembanagan Berkelanjutan
Perhatian yang diberikan kepada konsep perbaikan dan pengembangan yang berkelanjutan, dan learning organization,
5. Budaya Organisasi
Meningkatnya kesadaran tentang pentingnya budaya organisasi dan kebutuhan untuk memberikan daya dongkrak yang membantu mengubah budaya dan proses suatu nilai-nilai dasar,
6. Komitmen Terhadap Organisasi
Meningkatnya penekanan terhadap komitmen dengan mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi,
7. Pengembangan Kompetensi/ Kemampuan
Pengembangan konsep kompetensi dan teknik untuk menganalisis kompetensi, dan menggunakan analisis tersebut sebagai dasar penentuan dan pengukuran standar kinerja dalam perilaku,
8. Pengelolaan Kinerja Internal Organisasi
Kesadaran bahwa mengelola kinerja adalah urusan dari setiap orang di dalam organisasi, bukan hanya para manajer, dan Ketidakpuasan terhadap hasil yang diperoleh dari cara pembayaran gaji/upah berdasarkan kinerja dan berkembangnya keyakinan bahwa akar permasalahannya sering disebabkan oleh tidak adanya proses yang memadai untuk mengukur kinerja.
Sistem terdiri dari sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup adalah sistem yang tidak mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungannya. Sebaliknya, sistem terbuka adalah sistem yang dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sistem manajemen kinerja, yaitu :
1. Perubahan Lingkungan Persaingan Usaha
Di dunia ini tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Oleh sebab itu, di dunia ini tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan itu terjadi pula pada lingkungan persaingan usaha. Di era persaingan usaha yang belum terlalu kompleks, rata-rata perusahaan masih dapat meramalkan posisinya dengan lebih tepat (akurat) di masa depan yang digambarkan dengan arah anak panah lurus ke kanan. Pada saat itu, peramalan dan pemahaman akan proses operasi internal masih menjadi alat yang dapat diandalkan untuk bersaing. Pengukuran kinerja yang dilakukan dengan berbasis pada sistem akuntansi masih sangat sahih (valid) dan dapat diandalkan, yang digambarkan dengan grafik garis.
Pengukuran kinerja yang berdasarkan hanya pada laporan finansial tidak lagi memadai. Lingkungan persaingan sudah tidak dapat diramalkan, persaingan begitu ketat, siklus produk menjadi sangat pendek, dan model-model cepat berubah. Informasi tersebar begitu cepatnya, dan konsumen memiliki banyak pilihan produk global. Oleh sebab itu, diperlukan sistem pengukuran kinerja baru yang dapat mengakomodasi gejala-gejala atau fenomena-fenomena tersebut. Kondisi lingkungan persaingan yang turbulen digambarkan arah anak panah yang tidak menentu. Hasil pengukuran masa lalu sampai sekarang digambarkan dengan grafik garis.
2. Aturan-Aturan Pemerintah
Aturan-aturan yang ditetapkan pemerintah mempengaruhi secara berarti atau bermakna (signifikan) terhadap penyusunan strategi perusahaan dan sistem manajemen kinerja yang akan diterapkan untuk mengelola perusahaan, yaitu :
a. Penetapan prioritas industri
Seiring dengan perkembangan industri di dunia dan dengan mengkaji kompetensi dalam negeri, pemerintah menetapkan prioritas perusahaan yang dibangun. strategi perusahaan yang bergerak di bidang industri yang mendapatkan prioritas pemerintah berbeda dengan industri yang berada di luar prioritas pemerintah. Hal ini disebabkan diberikannya berbagai fasilitas dan kemudahan seperti keringanan pajak, perizinan, proses mendapatkan lahan, sampai dengan monopoli dan oligopoli pasar (captive market). Bagi industri yang mendapatkan prioritas pemerintah harus selalu mengkaji secara intens sejauh mana keistimewaan (privilege) yang didapatkan tersebut mendorong kemampuan bersaing perusahaan. Suatu saat keistimewaan itu dicabut karena pemberian privilege dalam jangka panjangakan menyurutkan daya saing industri itu sendiri
b. Penetapan besar pajak
Besar dan bervariasinya pajak yang dikenakan oleh negara berpengaruh terhadap pemilihan jenis produk atau jasa dan teknologi yang akan digunakan perusahaan. Klasifikasi produk atas barang mewah, bervariasinya bea masuk, pajak pertambahan nilai, dan sebagainya mempengaruhi penentuan strategi perusahaan terutama dalam mengupayakan subsidi silang antara berbagai macam jenis pajak agar produknya kompetitif terhadap pesaing.
c. Kebijakan ekspor
Kebijakan ekspor yang ditetapkan pemerintah dan jatah (kuota) impor yang diterapkan negara pengguna berpengaruh terhadap penentuan strategi perusahaan. Industri tekstil merupakan contoh yang jelas bahwa sebuah negara sering berlindung dibalik kuota ekspor. Sebenarnya memproteksi produk dalam negerinya, mensyaratkan berbagai jenis dan tingkat mutu, harga, dan pengiriman (delivery) yang diinginkan. Oleh sebab itu, untuk dapat bersaing secara global, perusahaan ekspor tekstil harus mengutamakan mutu, harga, dan ketepatan waktu pengiriman. Dalam
sistem manajemen kinerja dirancang dan diterapkan pengutamaan mutu, harga, dan ketepatan waktu pengiriman tersebut
d. Kebijakan impor
Kebijakan impor yang ditetapkan pemerintah dan jatah (kuota) ekspor yang diterapkan negara pengguna berpengaruh terhadap penentuan strategi perusahaan. Industri pertanian dan perkebunan merupakan contoh yang jelas bahwa sebuah negara sering berlindung dibalik kebijakan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebenarnya barang-barang impor cenderung memiliki mutu yang lebih baik dan harga yang lebih murah. Akibatnya, produk lokal kalah bersaing dengan produk impor yang lebih mengutamakan mutu, harga, dan waktu penyampaian. Oleh sebab itu, untuk bersaing secara global, perusahaan lokal harus mengutamakan mutu, harga, dan ketepatan waktu pengiriman. Dalam sistem manajemen kinerja dirancang dan diterapkan pengutamaan mutu, harga, dan ketepatan waktu pengiriman ke pelanggan lokal
e. Standar kinerja yang dicapai dan dilaporkan
Terdapat dua isu utama yang perlu dipahami dari sistem penilaian manajemen kinerja, yaitu :
1) Penetapan tiga variabel-variabel dalam setiap kriteria tersebut (di mana dalam kriteria operasional dapat dipilih dua dari lima variabel sehingga perusahaan akan cenderung memilih variabel yang menonjolkan kinerjanya saja.
2) Penentuan bobot dari tiap-tiap kriteria yang menitikberatkan pada kriteria finansial (sehingga banyak perusahaan yang memilih menaruh uangnya di deposito) perlu untuk diproporsionalkan.
3. Kontrol Pengendalian Yang Diperlukan Terhadap Perilaku Manusia Bervariasi
Para karyawan sering memiliki perilaku unik yang bukan saja tidak saling mendukung, namun bahkan sering kali menimbulkan resultan yang saling meniadakan meskipun sudah ada struktur organisasi formal dan uraian pekerjaan (job description) yang sangatrigid. Para karyawan di tingkat bawah tidak peduli terhadap isu-isu strategis di tingkat atas jika tidak berkaitan dengan yang mereka kerjakan. Para pekerja tersebut juga tidak peduli apakah harga saham perusahaan meningkat atau telah tumbuh perusahaan baru sebagai kompetitor.
4. Pengkajian Ulang Manajemen Strategik
Pengukuran kinerja menjadi sangat penting karena kita hanya dapat mengetahui apa yang kita dapatkan melalui sesuatu yang terukur. Apa yang diukur biasanya mendapatkan perhatian, khususnya jika pencapaian target atas ukuran yang ditetapkan tersebut berkaitan dengan bonus yang akan diterima. Yang lebih penting adalah jika kita tidak dapat mengukur suatu hal, maka sulit untuk dapat mengelolanya.
5. Pemantauan Dan Evaluasi
Sistem manajemen kinerja tidak akan efektif tanpa adanya pemantauan dan evaluasi. Dengan adanya rencana bahwa pelaksanaan sistem manajemen kinerja akan dipantau dan dievaluasi, maka pembuatan sistem manajemen kinerja tidak asal jadi, tetapi betul-betul direncanakan sejak awal bagaimana perencanaannya, pelaksanaannya, pemantauannya, dan penilaiannya. Siapa-siapa saja tim pemantau dan penilai independennya. Perlu disiapkan blangko pemantauan dan penilaian oleh ahlinya.
Pemantauan bermanfaat untuk melihat secara langsung ke perusahaan secara objektif tentang pelaksanaan sistem manajemen kinerja. Evaluasi bermanfaat untuk menilai hasil pemantauan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki kelemahankelemahan sistem yang sedang berjalan. Artinya, pemantauan dan evaluasi berpengaruh positif terhadap sistem manajemen kinerja.
6. Sistem Ganjaran Dan Hukuman (Reward And Punishment)
Sistem manajemen kinerja tidak akan berjalan dengan efektif tanpa dilaksanakannya ganjaran bagi yang berkinerja tinggi dan hukuman atau sanksi bagi yang rendah kinerjanya. Ganjaran adalah salah satu cara mendorong orang-orang yang ada di perusahaan untuk berkinerja tinggi. Ganjaran harus relatif wajar dengan kinerja yang dicapai. Ganjaran yang relatif rendah tidak memotivasi orang untuk berkinerja tinggi. Sebaliknya, ganjaran yang terlalu tinggi akan memberatkan keuangan perusahaan yang pada gilirannya dapat membangkrutkan perusahaan.
Demikian pula halnya dengan hukuman. Hukuman harus relatif wajar dengan kinerja yang dicapai. Hukuman yang relatif ringan membuat orang melakukan kesalahan yang sama dan tidak memotivasi orang untuk berkinerja tinggi. Sebaliknya, hukuman yang terlalu berat akan membuat karyawan minta pindah atau berhenti dari perusahaan.Artinya, ganjaran dan hukuman berpengaruh positif terhadap sistem manajemen kinerja.