Warga Depok Tolak Pembangunan Gereja GBKP, Diduga Kurang Sosialisasi
DEPOK – TERKININEWS.COM - Ratusan warga di Jalan Palautan Reres, RW 03, Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, menggelar aksi penolakan terhadap pembangunan Gereja GBKP Runggun Studio Alam, Sabtu (5/7/2025). Aksi tersebut dilakukan karena warga menilai tidak ada koordinasi dan sosialisasi dari pihak gereja sebelum pembangunan dimulai.
Massa melakukan aksi di depan lahan yang akan dibangun gereja, sambil membawa spanduk penolakan dan berorasi melalui pengeras suara.
"Tolak, bongkar!" teriak warga secara bergantian.
Salah satu spanduk bertuliskan, “Kami seluruh warga RT 02 dan RT 05, RW 03 menolak keras untuk mendirikan pembangunan gereja di lingkungan kami.” Warga juga menilai pihak gereja tidak menghargai keberadaan mereka.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Kalibaru, Rudi Ardiansah, menegaskan penolakan warga bukan karena intoleransi.
"Kalau masalah intoleran, kita tidak ke sana, karena di belakang saya sudah ada dua gereja yang bersebelahan," ujar Rudi, mengutip Tribunnews Depok.
Ia menyebut persoalan utama adalah kurangnya adab dan komunikasi dari pihak gereja.
"Mereka tidak pernah sosialisasi ke warga. RT dan RW tidak pernah diajak mediasi. Tapi mereka langsung menempuh jalur atas, sampai izin keluar tanpa tanda tangan dari RT dan RW," jelasnya.
Di sisi lain, Ketua Marturia GBKP Runggun Studio Alam Depok, Zetsplayrs Tarigan, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengantongi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang terbit pada 4 Maret 2025.
“Latar belakang kami melakukan peletakan batu pertama karena kami sudah memiliki IMB,” kata Tarigan, Sabtu (5/7/2025), mengutip Tribunnews Depok.
Ia juga menyebut pihak gereja sudah memenuhi berbagai persyaratan, termasuk persetujuan dari 60 persen warga, memiliki sertifikat tanah atas nama gereja, serta rekomendasi dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Tarigan menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Camat, Lurah, LPM, RT, dan RW setempat. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa sebagian lahan gereja akan dihibahkan untuk akses jalan warga, yang semula hanya 1,5 meter menjadi 3,5 meter.
Selain itu, gereja juga akan membangun saluran air untuk mencegah banjir dan bersedia memfasilitasi kegiatan warga seperti perayaan 17 Agustus.
“Kami ingin berkontribusi juga kepada lingkungan,” pungkas Tarigan. [RFMEP]


