Naufal Takdir Al Bari, Pulang dengan Kehormatan dari Panggung Dunia
FEATURE - TERKININEWS.COM - Di balik sorotan panggung olahraga, ada kisah perjalanan panjang seorang anak bangsa yang kini hanya bisa dikenang. Naufal Takdir Al Bari, atlet gimnastik putra Indonesia, berpulang saat menjalani training camp di Rusia, Kamis (25/9). Usianya baru 19 tahun, namun semangat juangnya melampaui batas.
Naufal lahir di Kalimantan Tengah pada 12 Maret 2006. Ia kemudian pindah bersama orang tuanya ke Gresik, Jawa Timur, tempat awal langkah kecilnya menuju dunia senam. Dari seleksi bibit atlet tingkat SD yang digelar Persani, Naufal menunjukkan bakat. Perunggu di Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Jawa Timur di Jember menjadi medali pertamanya, buah manis dari kerja keras sejak kelas 1 SD.
Namun di balik medali, ada cerita yang lebih mengharukan. Arik, sang kakak, mengenang bagaimana keluarga berjuang dengan segala keterbatasan. Ibunya pernah berjalan kaki mengantarkan makanan ke mes latihan. Saat itu, Naufal justru menegur dengan mata berkaca-kaca. “Jangan kayak gini lagi ya, Bu. Naufal enggak mau Ibu susah-susah,” katanya.
Naufal tumbuh sebagai pribadi pendiam, introvert, tapi penuh kepedulian. Ia jarang bicara banyak, namun selalu ada untuk orang-orang terdekatnya. Di mata keluarga, ia dikenal ceria, kuat, dan pantang menyerah, sifat yang membuatnya disegani meski tak pernah menonjolkan diri.
Kenangan manis lain hadir saat keluarga lengkap menyaksikan Naufal meraih medali di Jember. “Itu sangat memorable. Kita bertiga berjuang keras berangkat ke sana. Ayah, Ibu, saya, semua hadir. Dan akhirnya Naufal membuktikan hasil latihannya sejak kecil,” kenang Arik.
Kisah Naufal bukan sekadar cerita seorang atlet muda. Ia sempat diproyeksikan tampil di Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 di Glasgow, SEA Games Bangkok, bahkan Olimpiade Los Angeles 2028. Namun, takdir berkata lain. Setelah berjuang melawan cedera yang dideritanya di Rusia, ia mengembuskan napas terakhir di RS G.A. Zakharyin.
Arik menyampaikan pesan terakhir untuk semua yang mengenal, maupun yang baru mendengar kabar duka ini. “Sayangilah mereka sebelum terlambat. Cintai mereka, lindungi mereka, dekati mereka. Karena kita tidak tahu apa yang mereka rasakan. Naufal adalah sosok yang kuat, tangguh, dan berjuang sampai titik darah penghabisan.”
Kini, Naufal pulang bukan dengan medali, tapi dengan kehormatan. Namanya akan terus hidup dalam ingatan, seorang anak Gresik yang berani bermimpi besar, berjuang keras, dan pergi meninggalkan teladan tentang arti cinta, ketulusan, dan keteguhan hati.